Beijing Khawatir Protes di Mesir Bisa Sulut Kerusuhan di Tiongkok

  • Stephanie Ho
    Leonard Triyono

Pemerintah Beijing khawatir unjuk rasa dengan kerusuhan seperti terjadi di Lapangan Tiananmen tahun 1989 akan terulang, akibat disulut oleh aksi massa di Mesir.

Akses ke pencarian kata “Mesir” dalam situs-situs jejaring sosial Tiongkok diblokir, yang mencerminkan ketakutan pemerintah.

Pemerintah Tiongkok memblokir akses ke pencarian kata “Mesir” dalam situs-situs jejaring sosial di Tiongkok. Para pakar mengatakan langkah itu mencerminkan ketakutan pemerintah bahwa protes di Mesir bisa mengobarkan kerusuhan di Tiongkok.

Pencarian kata “Mesir” dalam bahasa Mandarin pada portal dunia maya Tiongkok Sina.com memunculkan pesan yang mengatakan hasilnya tidak dapat ditampilkan.

Pejabat hubungan masyarakat Sina.com Ma Taotao mengukuhkan pencarian kata “Mesir” dalam bahasa Mandarin telah diblokir di situs pesan instannya, Sina Weibo.

Ma mengatakan perusahaannya tidak membuat keputusan itu, tapi hanya mengikuti “hukum dan peraturan terkait di Tiongkok.” Dia tidak memberikan rincian dan tidak mengatakan departemen pemerintah mana yang bertanggung jawab. Dia mengatakan dia tidak tahu berapa lama pemblokiran itu akan berlangsung.

Pemerintah Tiongkok telah memblokir akses Internet ke situs-situs jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook, yang berpusat di Amerika. Tapi jutaan warga Tiongkok selama ini bisa menggunakan situs-situs blog domestik untuk layanan pesan instan.

Jeremy Goldkorn, yang menjalankan situs Internet media Tiongkok Danwei.org, dan melacak perubahan-perubahan dalam media dan Internet di Tiongkok, mengatakan, "Saya belum melihat instruksi dari badan pemerintah manapun yang mengontrol informasi di Tiongkok, tapi saya pikir pasti ada instruksi yang dikirimkan kepada lembaga-lembaga berita dan situs-situs dunia maya agar hanya menggunakan versi resmi Xinhua tentang peristiwa-peristiwa di Mesir dan Tunisia, serta untuk mengurangi arti dan mengurangi diskusi warga tentang hal ini."

Pemerintah Beijing masih melakukan kontrol ketat terhadap penggunaan internet dan jejaring sosial.

Meluasnya penggunaan Internet merupakan perkembangan yang relatif baru di Tiongkok, tapi Goldkorn mengatakan pemerintah telah membatasi akses ke informasi tentang peristiwa-peristiwa global lainnya baru-baru ini.

Menurut Goldkorn selanjutnya, "Ada sensor serupa ketika terjadi apa yang disebut “revolusi warna” di Eropa Timur, dan saya kira alasannya cukup jelas bahwa pemerintah lebih suka orang tidak melihat persamaan apa yang sedang terjadi di Mesir dengan apa pun yang bisa terjadi di Tiongkok."

Shi Yinhong, guru besar Universitas Renmin, menyatakan pendapat serupa itu. Ia mengatakan, " Di atas segalanya, prioritas pertama pemerintah Tiongkok adalah untuk menjaga stabilitas sosial dan politik.”

Shi mengatakan pemerintah khawatir dengan kerusuhan masyarakat sejak menumpas demonstrasi pro-demokrasi di negara itu pada tahun 1989. Dia menggambarkan kegelisahan demikian sebagai budaya politik Tiongkok masa kini.