Australia Bentrok dengan China Terkait Cuitan Palsu Kejahatan Perang

PM Australia Scott Morrison di bandara Haneda, Tokyo, Jepang, 17 November 2020. (Foto: dok).

Perdana Menteri Australia Scott Morrison menuntut pemerintah China menghapus cuitan "menjijikkan" mengenai dugaan kejahatan perang di Afghanistan. Gambar hasil rekayasa itu tampak menunjukkan seorang tentara Australia membunuh seorang anak. Gambar itu dipasang Kementerian Luar Negeri China menyusul laporan minggu lalu yang mendapati pasukan khusus Australia telah melakukan setidaknya 39 pembunuhan di luar hukum di Afghanistan.

Morrison mengatakan ia menuntut permintaan maaf dari pemerintah China.

"Ini benar-benar memalukan dan tidak dapat dibenarkan atas dasar apapun. Pemerintah China seharusnya benar-benar malu dengan cuitan tersebut. Itu merendahkan mereka di mata dunia," kata Morrison.

Pemerintah Australia telah meminta Twitter untuk menghapus cuitan dari juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian itu, kata Morrison.

BACA JUGA: Australia Harap Perjanjian Dagang Asia Pasifik bisa Perbaiki Hubungan dengan China

Gambar itu dipasang oleh Lijian Zhao, juru bicara Kementerian Luar Negeri China. Gambar hasil rekayasa itu menunjukkan seorang tentara Australia dengan pisau berlumur darah di sebelah seorang anak. Anak itu tampak memeluk seekor domba. Teks di bawah foto itu berbunyi: "Jangan takut, kami datang untuk memberi anda kedamaian!”

Menyertai foto hasil rekayasa yang diunggah di Twitter, Zhao menulis, “Terkejut oleh berita pembunuhan warga sipil dan tahanan Afghanistan oleh tentara Australia. Kami sangat mengutuk tindakan seperti itu, dan menuntut pertanggungjawaban mereka.”

Zhao mengacu pada laporan sebelumnya bulan ini yang menemukan bukti bahwa pasukan elit Australia secara ilegal membunuh 39 tahanan, petani dan warga sipil Afghanistan selama berlangsungnya konflik di Afghanistan.

Juru bicara lain Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, Senin, bahkan menyerukan agar Australia meminta maaf kepada rakyat Afghanistan.

BACA JUGA: Pasukan Khusus Australia Diduga Lakukan Kejahatan Perang di Afghanistan

"Apa yang harus dilakukan Australia adalah merenungkan secara mendalam, menyeret pelakunya ke pengadilan, menyampaikan permintaan maaf resmi kepada rakyat Afghanistan, dan dengan sungguh-sungguh berjanji kepada masyarakat internasional bahwa mereka tidak akan pernah melakukan kejahatan mengerikan seperti itu lagi."

Media Australia melaporkan cuitan di Twitter tersebut tampaknya merujuk pada rumor bahwa tentara elit Australia menggunakan pisau untuk membunuh dua remaja Afghanistan. Penyelidikan atas pelanggaran oleh pasukan khusus itu tidak menemukan bukti yang mendukung desas-desus tersebut.

Meski demikian penyelidikan itu menemukan "bukti yang bisa dipercaya" mengenai pembunuhan di luar hukum oleh pasukan Australia di Afghanistan antara (tahun) 2005 dan 2016.

Pekan lalu, Zhao mengatakan China "mengecam keras" tindakan tentara itu dan penyelidikan selama empat tahun tersebut "mengungkap sepenuhnya kemunafikan hak asasi manusia dan kebebasan yang selalu diucapkan negara-negara Barat".

Your browser doesn’t support HTML5

Australia Bentrok dengan China Terkait Cuitan Palsu Kejahatan Perang

Gambar palsu yang dipasang di internet itu membuat marah Australia. Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan, “Pemerintah China seharusnya benar-benar malu atas cuitan ini. Ini menunjukkan rendahnya mereka di mata dunia. Australia menuntut permintaan maaf dari Kementerian Luar Negeri, dari pemerintah China atas postingan yang keterlaluan ini. Kami juga sedang mengupayakan postingan ini dihapus segera dan telah menghubungi Twitter agar segera menghapusnya. Itu adalah penggambaran palsu dan penghinaan yang mengerikan."

Hubungan antara kedua negara sudah 'membeku' karena tuduhan campur tangan China dalam urusan dalam negeri Australia, tindakan mata-mata China di dunia maya, serta perbedaan pandangan tentang ekspansi militer Beijing di Laut China Selatan dan demokrasi di Hong Kong.

Seruan pemerintah Australia untuk penyelidikan global tentang asal-usul virus corona, yang pertama kali terdeteksi di China, membuat marah pemerintah China. Beijing bersikeras Australia secara tidak adil menyasar China.

BACA JUGA: China Naikkan Pajak Anggur Australia di Tengah Ketegangan Politik

China sekarang tampaknya menggunakan perdagangan untuk menekan Australia. Pekan lalu, Beijing mengumumkan tarif pajak besar-besaran pada ekspor anggur Australia, yang kemungkinan akan menimbulkan kerugian besar pada beberapa bagian industri tersebut. Awal pekan ini, China memberlakukan pajak impor minuman anggur Australia hingga 212,1 persen di tengah meningkatnya ketegangan.

China juga telah memberlakukan pembatasan lain pada komoditas pertanian dan batu bara dari Australia.

Para analis mengatakan perselisihan mengenai foto palsu yang dipasang oleh seorang pejabat China di Twitter hanya akan meningkatkan ketegangan.​ [ab/lt, my/ka]