Atlet Pengungsi Dapat Berlomba di Rio dengan Bendera Olimpiade

Presiden Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach. (Foto: dok)

Negara-negara anggota PBB mendesak Gencatan Senjata Olimpiade untuk dihormati mulai tujuh hari sebelum Olimpiade dan tujuh hari setelah Pertandingan Paralimpik.

Atlet-atlet papan atas yang berstatus pengungsi tanpa negara asal diizinkan bertanding dalam Olimpiade Rio 2016, menurut presiden Komite Olimpiade Internasional Thomas Bach, Senin (27/10) di Majelis Umum PBB.

Resolusi tersebut, yang didukung oleh 180 dari 193 negara anggota PBB, mendesak Gencatan Senjata Olimpiade untuk dihormati mulai tujuh hari sebelum Olimpiade dimulai pada 5-21 Agustus 2016, sampai tujuh hari setelah Pertandingan Paralimpik tanggal 7-18 September.

"Pertandingan Olimpiade adalah waktu ketika nilai-nilai toleransi, solidaritas dan perdamaian menjadi nyata," ujar Bach dalam pernyataan. "Ini waktu ketika komunitas internasional bersatu dalam kompetisi yang penuh damai.

"Di Desa Olimpiade, kami melihat toleransi dan solidaritas dalam bentuk paling murni. Atlet-atlet dari 206 Komite Olimpiade Nasional tinggal bersama secara harmonis tanpa bentuk diskriminasi apa pun."

Pengumuman Bach muncul saat Eropa mencoba mengatasi gelombang pengungsi yang melarikan diri dari peperangan dan kemiskinan di Timur Tengah, Afrika dan Asia.

"Saat ini, tak satu pun dari para atlet itu yang berpeluang berpartisipasi dalam Olimpiade meskipun mereka berkualifikasi dalam segi olahraga karena, dengan status pengungsi, mereka tidak memiliki negara asal dan Komite Olimpiade Nasional untuk diwakili," ujar Bach.

"Dengan tidak adanya tim nasional, tidak ada bendera untuk berbaris di belakangnya, tidak ada lagu kebangsaan untuk dimainkan, para atlet pengungsi ini akan disambut dalam Olimpiade dengan bendera Olimpiade dan lagu Olimpiade.

"Mereka akan tinggal bersama 11.000 atlet lainnya dari 206 Komite Olimpiade Nasional di Desa Olimpiade." [hd]