Menteri Pertahanan Ash Carter mengungkapkan beberapa kontribusi baru AS untuk memerangi militan Negara Islam Senin dalam kunjungan mendadak ke Baghdad.
Carter mengatakan AS akan menyediakan helikopter Apache, peluncur roket yang sangat mudah dipindahkan dan lebih banyak tentara AS di lapangan.
"Kami akan menempatkan penasihat tambahan untuk pasukan keamanan Irak, dan sekarang sampai ke brigade dan markas batalion," kata Menteri Pertahanan Ash Carter.
Carter bertemu dengan Perdana Menteri Haider al-Abadi dan Menteri Pertahanan Khaled al-Obaidi sebelum berbicara melalui telepon dengan Presiden Kurdi Masoud Barzani. Al-Abadi dan al-Obaidi setuju dengan bantuan baru AS itu.
Carter mengatakan penasihat tambahan Amerika itu akan menjadi penting saat pasukan Irak pindah ke arah utara menuju Mosul.
"Jadi kita ingin lebih banyak tindakan oleh pasukan Irak menuju kemenangan di sini, dan lebih banyak tindakan akan memerlukan lebih banyak logistik, jadi itu akan menjadi bagian penting dalam menggalang momentum," jelasnya.
Pengumuman Carter itu termasuk pendanaan sebesar $415 juta untuk pasukan Peshmerga Kurdi, yang pemerintahnya menderita krisis keuangan karena harga minyak anjlok.
"Saat ini Peshmerga tidak mendapatkan cukup pangan untuk mempertahankan diri di lapangan, jadi kami sangat berkepentingan untuk memastikan mereka memiliki cukup pangan untuk melanjutkan pertarungan," kata Komandan koalisi anti ISIS Jenderal Sean MacFarland.
Para pejabat mengatakan bahwa sementara bantuan yang diumumkan Senin lalu diharapkan akan meningkatkanpertempuran melawan ISIS, langkah-langkah baru itu juga berpotensi mengekspos tentara Amerika di lapangan pada risiko yang lebih besar karena lebih dekat ke garis depan.
Seorang pejabat senior pertahanan mengatakan delapan helikopter tempur Apache akan dikirim untuk membantu dalam pertempuran. Pasukan AS diperlukan untuk menerbangkan dan memelihara helikopter-helikopter itu.
Tahun lalu, para pejabat Irak menolak tawaran helikopter Apache dari AS dalam pertempuran untuk merebut kembali Ramadi dari ISIS, tapi pejabat AS mencatat bahwa perjuangan untuk merebut Mosul akan lebih sulit. Kota ini jatuh ke tangan militan ISIS pada musim panas 2014.
Menurut beberapa sumber di Pangkalan Udara Al Dhafra, AS telah meningkatkan amunisi udaranya dan diduga akan terus meningkatkan kekuatan udara selama enam bulan ke depan.
Selain amunisi, sekitar sepertiga dari pesawat yang dikerahkan ke pangkalan itu didedikasikan untuk pengawasan wilayah Irak, Suriah dan Afghanistan.
Carter mengatakan pasukan di Pangkalan Udara Al Dhafra memainkan peran penting dalam memerangi ISIS.
Michael Rubin, seorang peneliti di American Enterprise Institute, mengatakan kepada VOA strategi AS tampaknya "membendung" ISIS, yang terus kehilangan wilayah di Irak dan Suriah, namun ia khawatir bahwa perbaikan yang diperlukan terhadap strategi yang dijalankan mungkin datang terlambat.
"Ketika berbicara soal memerangi ISIS, seolah-olah kita mendiagnosa kanker stadium satu dan kemudian duduk untuk memperdebatkan apakah kita perlu atau tidak untuk meresepkan aspirin selama empat-lima tahun ke depan sementara kanker ituberkembang menjadi stadium empat," kata Rubin. [as/ab]