AS Peringati 150 Tahun Kematian Lincoln

Pistol Deringer yang digunakan oleh John Wilkes Booth untuk membunuh Presiden Abraham Lincoln pada 1865.

Pembunuhan Presiden AS Abraham Lincoln 150 tahun lalu mengubah arah sejarah Amerika Serikat.

Museum-museum dan lembaga-lembaga sejarah di seluruh Amerika Serikat menampilkan pameran khusus, pertunjukan teater dan musik untuk memperingati kematian mantan Presiden Abraham Lincoln pada 14 April 1865.

Di Teater Ford di ibukota negara, tempat Lincoln ditembak mati, obyek-obyek dari malam yang tragis itu dipresentasikan bersama untuk pertama kalinya. Teater itu juga menjadi tuan rumah 150 ahli sejarah Perang Saudara untuk menciptakan kembali acara doa bersama semalaman untuk Abraham Lincoln.

Presiden Abraham Lincoln berpose untuk fotografer Washington, Alexander Gardner pada Februari 1865.

Pada 14 April 1865, saat Lincoln dan istrinya Mary duduk di balkon khusus presiden untuk menonton sebuah pertunjukan di teater Washington tersebut, sebuah tembakan terdengar dan presiden tampak lunglai di kursinya, terluka parah.

Meneriakkan "Sic semper tyrannis" – sebuah frasa Latin yang kurang lebih berarti "begitulah nasib tiran" – aktor dan simpatisan Konfederasi, John Wilkes Booth, menjatuhkan pistolnya dan melarikan diri. Lincoln dibawa ke sebuah rumah di seberang jalan, tempat ia meninggal esok paginya.

Ia merupakan presiden Amerika pertama yang dibunuh.

'Emansipator Besar'

Banyak yang masih menganggap Lincoln sebagai salah satu presiden AS terbaik dan paling dicintai. Kematiannya terjadi saat ia memimpin bangsa keluar dari perang saudara berdarah selama empat tahun yang telah menewaskan sekitar 620.000 tentara Union dan Konfederasi.

Menyelamatkan Union merupakan salah satu pencapaian terbesar dari kepresidenannya, menurut Michelle Krowl, sejarawan di Perpustakaan Kongres di Washington.​

Lincoln juga membantu mengakhiri perbudakan lewat Proklamasi Emansipasi yang ia keluarkan pada 1 Januari 1863. Pernyataan itu membawa masyarakat Afrika-Amerika menuju kemerdekaan dan membantu mendasari Amandemen Konstitusi ke-13 dua tahun kemudian yang melarang perbudakan di setiap negara bagian.

Pada 19 November 1863 – empat bulan setelah Pasukan Union mengalahkan Tentara Konfederasi dalam Pertempuran Gettysburg di Pennsylvania – Lincoln memberikan pidato Gettysburg yang bersejarah.

"Ketika ia mengatakan 'ini Pemerintahan rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat,' ia betul-betul meyakininya. Lincoln adalah seseorang yang ingin memenuhi hak rakyat. Ia ingin Amerika Serikat benar-benar memenuhi potensi demokratisnya menjadi tempat yang memenuhi Deklarasi Kemerdekaan, bahwa 'setiap orang diciptakan sama," ujar Krowl.

Meski hidupnya singkat, warisan Lincoln tetap abadi.

Ia menulis lebih banyak buku dari presiden AS mana pun. Wajahnya ada di mata uang negara itu. Dan jutaan orang mengunjungi memorialnya di National Mall di Washington.

Banyak yang memuji Lincoln atas upayanya membantu membentuk fondasi untuk gerakan hak-hak sipil pada 1960an.

Dan Krowl yakin Lincoln akan senang melihat seorang Afrika Amerika menjadi presiden 150 tahun setelah Perang Saudara, meskipun sampai sekarang visinya mengenai kesetaraan, walaupun ada kemajuan, belum sepenuhnya terwujud.