AS Didorong Mengekspor Energi ke Eropa untuk Lemahkan Rusia

Jaringan pipa Ukraina yang memasok gas ke Eropa.

Para ahli energi di AS mendorong Presiden Barack Obama menggunakan ekspor energi sebagai alat untuk mengempiskan kekuatan Rusia di Eropa.
Para pendukung ekspor energi AS menggunakan krisis di Ukraina untuk mendorong persetujuan yang lebih cepat atas proyek-proyek gas alam cair (LNG) dan pengakhiran larangan ekspor sebagian besar minyak mentah AS yang telah berlangsung puluhan tahun.

Pasokan-pasokan LNG dari Amerika SErikat dapat membantu beberapa negara Eropa Barat bereaksi terhadap agresi Rusia dalam tahun-tahun mendatang, namun karena tambahan biaya transportasi, bahan bakar itu akan terlalu mahal untuk yang lainnya di Eropa Tengah yang sepertinya tetap bergantung pada para tetangganya, ujar para ahli energi.

Saat pasukan Presiden Vladimir Putin memperkuat cengkeramannya di semenanjung Krimea di Ukraina pada Senin (3/3), langkah itu meningkatkan kekhawatiran bahwa krisis dapat melebar dan Rusia bisa mengurangi pengiriman gas alam ke Eropa, sekitar setengah darinya dikirim melalui saluran pipa Ukraina.

Amerika SErikat adalah produsen gas alam teratas dunia, berkat proses hidrolik yang dikenal sebagai fracking, dan pengeboran horizontal. Energi AS yang surplus dapat memberikan Eropa alternatif untuk pasokan-pasokan Rusia, menurut para pendukung.

"Perusahaan-perusahaan minyak Rusia dan negara Rusia dapat melihat ekspor-ekspor energi AS sebagai pesaing utama dari salah satu target pelanggan, yaitu Eropa," ujar Joe McMonigle, yang menjabat sebagai kepala staf Departemen Energi di bawah pemerintahan Presiden George W. Bush.

Pandangan bahwa Presiden Barack Obama dapat menggunakan ekspor energi sebagai alat untuk mengempiskan kekuatan Rusia di Eropa didukung oleh banyak pihak dalam lingkaran kebijakan energi.

"Transformasi energi AS dalam beberapa tahun belakangan memberi kita pilihan-pilihan yang tidak kita miliki beberapa tahun lalu. Jadi kita harus menjelajahi penggunaan opsi-opsi ini," ujar Richard Haass, presiden Dewan Hubungan Luar Negeri.

Sejak 2011, Departemen Energi AS secara bersyarat telah menyetujui enam proposal untuk mengekspor LNG ke negara-negara yang tidak memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS.

Persetujuan-persetujuan mencapai sekitar 240,7 juta meter kubik LNG per hari, atau 170 juta meter kubik per hari lebih banyak dari yang diekspor Rusia melalui Ukraina ke Eropa. Lebih dari 20 proyek AS menginginkan persetujuan itu.

Namun tidak jelas berapa banyak yang bisa tersedia untuk Eropa karena negara-negara di Asia telah menandatangani kontrak untuk membeli banyak dari persediaan itu.

Ekspor LNG AS sendiri diperkirakan tidak akan mulai secara penuh sampai setidaknya 2017. Sementara itu, pasokan-pasokan dari eksportir global lainnya termasuk Australia, Kanada dan Qatar dapat mengalir untuk membantu memenuhi permintaan Eropa.

Negara-negara seperti Jerman dan Austraia dapat memanfaatkan LNG dari AS untuk menghentikan krisis pasokan. Namun yang lainnya di Eropa tengah dan selatan, seperti Bulgaria, Hungaria dan Yunani, mungkin akan terus bergantung dari Rusia, menurut seorang ahli.

"Tidak cukup hanya mengirim gas ke sana. Harganya harus bisa dijangkau oleh pemerintah-pemerintah," ujar Brenda Shaffer, seorang ahli ketahanan energi dan profesor di Georgetown University.

Ia mengatakan LNG dari AS, setelah proses pencairan, regasifikasi dan pengiriman, mungkin terlalu mahal untuk negara-negara yang jauh dari Amerika. (Reuters)