Apakah AI akan Mencuri Pekerjaan Anda?

Seorang pekerja tampak menjalankan tugasnya di lini produksi pembuatan mobil di sebuah pabrik di Smyrna, Tennessee, pada 23 Agustus 2018. (Foto: Reuters/William DeShazer)

Hampir seluruh pekerjaan di Amerika Serikat, dari sopir truk hingga penyedia jasa penitipan anak atau pengembang perangkat lunak, mensyaratkan keterampilan yang dapat dipenuhi, atau setidaknya dilengkapi, oleh kecerdasan buatan generatif (GenAI), menurut sebuah laporan belum lama ini.

GenAI adalah kecerdasan buatan yang dapat menghasilkan konten berkualitas tinggi berdasarkan data input yang digunakan untuk melatihnya.

“AI kemungkinan besar akan menyentuh setiap bagian dari setiap pekerjaan yang ada hingga kadar tertentu,” kata Cory Stahle, ekonom Indeed.com yang menerbitkan laporan tersebut.

Laporan itu menemukan bahwa 19,7% pekerjaan, seperti dalam bidang operasi teknologi informasi, matematika dan desain informasi, menghadapi risiko paling besar terkena dampak AI, karena setidaknya 80% keterampilan kerja yang dibutuhkan posisi-posisi tersebut dapat dilakukan dengan cukup baik oleh GenAI.

Tapi itu bukan berarti pekerjaan-pekerjaan tersebut pada akhirnya akan diambil alih oleh robot.

BACA JUGA: Microsoft Rekrut Mantan CEO OpenAI Sam Altman Usai Dipecat Pekan Lalu 

“Penting untuk menyadari bahwa, secara umum, teknologi ini tidak memengaruhi keseluruhan pekerjaan. Sebenarnya sangat jarang ada robot yang akan muncul, duduk di kursi seseorang dan melakukan segala sesuatu yang dilakukan seseorang dalam pekerjaannya,” kata Michael Chui dari McKinsey Global Institute (MGI), yang meneliti dampak teknologi dan inovasi terhadap bisnis, ekonomi dan masyarakat.

Peneliti Indeed.com menganalisis lebih dari 55 juta lowongan pekerjaan dan menemukan bahwa GenAI dapat melakukan 50% hingga hampir 80% keterampilan yang dibutuhkan dalam 45,7% lowongan pekerjaan tersebut. Dari 34,6% pekerjaan yang terdaftar, GenAI mampu menangani kurang dari 50% keterampilan.

Pekerjaan yang memerlukan keterampilan manual atau sentuhan pribadi, seperti perawat atau dokter hewan, adalah pekerjaan yang paling kecil kemungkinannya terkena dampak AI, kata laporan tersebut.

Dulu, kemajuan teknologi hampir seluruhnya berdampak pada pekerjaan manual. Namun demikian, GenAI diperkirakan paling berdampak besar pada apa yang disebut sebagai pekerja pengetahuan, yang umumnya didefinisikan sebagai orang yang mencari nafkah dengan menciptakan pengetahuan atau pemikir.

Namun, untuk saat ini, AI tampaknya belum siap mencuri pekerjaan siapa pun.

BACA JUGA: Amerika Siapkan Aturan Penggunaan AI dalam Iklan Politik

“Hanya ada sedikit pekerjaan yang dapat dilakukan sepenuhnya oleh AI. Bahkan dalam pekerjaan di mana AI dapat melakukan banyak keterampilan, masih ada aspek pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh AI,” kata Stahle.

Alih-alih menggeser tenaga keja, para peneliti memperkirakan GenAI akan meningkatkan kualitas pekerjaan yang dilakukan para pekerja saat ini, sehingga membuatnya lebih efisien.

“Ini adalah sesuatu yang, dalam banyak hal, kami yakini akan membuka potensi manusia dan produktivitas banyak pekerja di berbagai sektor perekonomian,” kata Stahle.

“Ada beberapa skenario yang bisa terjadi,” tambah Chui. “Salah satunya, kita bisa melakukan lebih banyak hal yang sudah biasa kita kerjakan. Bayangkan jika Anda seorang dosen atau guru dan Anda bisa membiarkan mesin, bukan Anda, yang menilai hasil pekerjaan murid. Daripada memberi nilai, Anda bisa memanfaatkan waktu Anda untuk membimbing murid Anda, menghabiskan waktu lebih banyak dengan mereka, meningkatkan kinerja mereka, membantu mereka belajar.”

Tenaga kerja di AS harus mulai menggunakan teknologi baru jika mereka ingin tetap memiliki daya saing, kata Chui.

Your browser doesn’t support HTML5

Aturan Penggunaan AI pada Kampanye Pemilu

“Pekerja yang paling mampu menggunakan teknologi ini akan menjadi pekerja paling kompetitif di dunia kerja,” katanya. “Memang benar sejak dulu, tapi sekarang ini menjadi semakin relevan, bahwa kita semua harus menjadi pembelajar seumur hidup.”

Survei yang dikembangkan oleh Chui menemukan bahwa hampir 80% pekerja telah bereksperimen dengan alat AI.

“Salah satu kekuatan besar dari alat AI generatif ini, sejauh ini, mereka dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan siapa saja untuk menggunakan alat-alat ini,” kata Stahle. “Saya sangat percaya bahwa orang-orang harus memanfaatkan alat-alat ini dan menemukan cara untuk menggabungkannya ke dalam pekerjaan yang mereka minati.”

Pada akhirnya, mungkinkah salah satu manfaat tak terduga dari AI adalah tenaga kerja yang lebih efisien dan bekerja secara lebih ringan?

“Secara umum, orang Amerika banyak bekerja,” kata Chui. “Mungkin kita tidak harus bekerja selama itu. Mungkin kita bisa bekerja empat hari seminggu… sehingga Anda bisa mengembalikan waktu kepada para pekerja.” [rd/jm]