Anak Adopsi Tinggalkan Rusia Menuju AS

Artur yang berumur satu tahun dibawa oleh polisi karena tak diurus orangtuanya dan dirawat di rumah sakit di Krasnoyarskl, Siberia, sambil menunggu proses adopsi. (Reuters/Ilya Naymushin)

Setelah nasibnya terkatung-katung karena larangan adopsi, anak-anak Rusia yang diadopsi warga AS akhirnya diijinkan meninggalkan negara tersebut.
Beberapa anak Rusia yang terkena dampak larangan adopsi oleh warga Amerika, telah meninggalkan negara mereka bersama para orangtua barunya ke Amerika Serikat, menurut Kedutaan Besar AS di Moskow, Rabu (23/1).

Atase Pers Joseph Kruzich mengatakan bahwa 46 anak telah diijinkan meninggalkan Rusia.Kruzich tidak mengatakan berapa banyak dari anak-anak tersebut yang telah pergi, namun yang jelas proses adopsi yang sedang berjalan dapat terus berlangsung, membuat lega para calon orangtua di Amerika.

Larangan adopsi oleh warga Amerika dikeluarkan dengan terburu-buru oleh parlemen Rusia dan ditandatangani Presiden Vladimir Putin pada Desember, untuk membalas aturan di AS yang mengenakan sanksi pada warga Rusia yang melanggar hak asasi manusia.

Namun pemberlakuan larangan tersebut membuat banyak masalah tak terselesaikan, termasuk nasib 46 anak yang proses adopsinya telah disetujui pengadilan-pengadilan Rusia. Persetujuan pengadilan untuk adopsi itu harus diikuti waktu menunggu 30 hari, yang belum selesai ketika larangan mulai berlaku 1 Januari, membuat anak-anak tersebut ada dalam ketidakpastian hukum.

Banyak orangtua yang datang ke Rusia minggu lalu, berharap dapat membawa anak-anak adopsi yang sudah merasakan ikatan dengan mereka saat kunjungan-kunjungan sebelumnya sebagai bagian dari proses adopsi yang panjang.

Namun beberapa warga Amerika tersebut harus terus menunggu saat pihak berwenang menolak menyerahkan anak-anak adopsi, dengan alasan ketidakpastian akibat aturan baru. Beberapa lebih beruntung, namun tidak gembar-gembor karena takut membahayakan proses adopsi.

Mahkamah Agung Rusia diminta untuk membuat kerangka kerja hukum untuk menyelesaikan dilema ini dan akhirnya mengeluarkannya Selasa, dengan menegaskan bahwa semua adopsi yang disetujui pengadilan pada 1 Januari, meski belum berlaku, diijinkan untuk melanjutkan prosesnya. Jaminan yang sama diberikan Kamis lalu oleh ombudsman Rusia untuk hak anak-anak, namun pernyataan mereka tidak memiliki ikatan hukum.

Atase Pers Kedutaan Besar AS menegaskan bahwa beberapa keluarga Amerika telah membawa anak-anak mereka bahkan sebelum dikeluarkannya keputusan Mahkamah Agung. Rombongan pertama meninggalkan Rusia Jumat dan Sabtu lalu, sehari setelah aplikasi mereka diproses kedutaan.

Banyak keluarga lainnya, diperkirakan berjumlah total 1.500, sedang dalam tahap-tahap awal proses adopsi anak dari Rusia. Keputusan Mahkamah Agung sepertinya memupus harapan mereka.

Rusia memiliki lebih dari 654.000 anak-anak yang tidak dalam pengasuhan orangtua, dan 128,000 dari mereka dapat diadopsi, sebagian besar sekarang tinggal di panti asuhan. Rusia telah mencoba untuk menaikkan angka adopsi domestik, dan 18.000 warga Rusia saat ini ada dalam daftar tunggu untuk mengadopsi anak.

Warga Amerika mengadopsi hampir 1.000 anak Rusia pada 2011, sekitar 10 persen darinya memiliki disabilitas.

Meski tujuan utama larangan pemerintah Rusia ini untuk membalas dendam atas undang-undang Amerika yang menarget warga Rusia, larangan tersebut juga memperlihatkan kekecewaan atas diadopsinya 60.000 anak-anak Rusia oleh warga Amerika dalam dua dekade terakhir, 19 diantaranya telah meninggal.

Namun banyak warga Rusia sendiri marah dengan larangan adopsi tersebut, yang dilihat mengorbankan anak-anak untuk membuat sikap politik. Sebuah protes di Moskow bulan ini yang mendesak penghapusan aturan tersebut menarik puluhan ribu demonstran. (AP/Lynn Berry)