Aktivis Suriah Kontak ISIS untuk Bebaskan 220 Warga Kristen

Militan ISIS merebut sebuah kendaraan Kurdi di Desa Tal Tamr, provinsi Hassakeh dalam serangan pekan lalu (foto: dok).

ISIS menyerbu desa-desa Kristen di propinsi Hassakeh, Suriah pekan lalu dan menculik 220 warga desa di sana.

Beberapa aktivis di Suriah mengatakan pemimpin-pemimpin Kristen dan kesukuan Sunni di Suriah berupaya menghubungi kelompok ISIS untuk merundingkan pembebasan lebih dari 220 warga Kristen yang diculik pekan lalu.

ISIS menyerbu desa-desa di sekitar kawasan Sungai Khabur di bagian timur laut propinsi Hassakeh – Suriah pekan lalu, menculik warga desa dan mengirim mereka ke kubu ISIS di dekat daerah itu. Nasib warga yang diculik – yang sebagian besar adalah warga Kristen-Assyria – masih belum diketahui.

“Kami berupaya menghubungi setiap pihak yang bisa membantu. Kami bekerjasama dengan teman-teman kami, yaitu para syeikh kesukuan” – ujar Younan Talia – seorang pejabat senior pada Assyrian Democratic Organization. “Beberapa teman dari kelompok Daesh juga berupaya mengirim pesan tersebut”.

Younan Talia mengatakan sejauh ini belum ada kabar apapun. “Daesh” adalah singkatan dalam bahasa Arab bagi kelompok ISIS.

Direktur Assyrian Network for Human Rights di Suriah yang berkantor di Swedia – Osama Edward – juga mengatakan sedang dilakukan upaya merundingkan pembebasan para sandera itu.

Assyria adalah warga Kristen yang nenek moyangnya berasal dari jaman Mesopotamia kuno.

Penculikan-penculikan itu telah menambah ketakutan diantara kelompok agama minoritas di Suriah dan Irak, yang telah berulangkali menjadi target kelompok ISIS.

Sementara itu, kelompok Pemantau HAM Suriah yang berkantor di Inggris mengatakan 19 warga Kristen Assyria yang diculik ISIS telah dibebaskan.

Kelompok yang memiliki jaringan sumber informasi di seluruh Suriah itu melaporkan, beberapa warga Tal Koran yang diculik telah dibebaskan hari Minggu (1/3).

Dalam perkembangan lainnya, pasukan pemberontak di Aleppo hari Minggu menolak rencana perdamaian PBB untuk mengakhiri konflik internal Suriah, dengan mengatakan “rencana itu hanya merupakan gagasan jangka pendek untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan warga yang menjadi sasaran penggunaan senjata kimia rejim Suriah dan juga penggunaan bom tong yang dilarang oleh masyarakat internasional”.