Aktivis Lingkungan Desak Thailand Perketat Regulasi Industri Minyak

  • Ron Corben

Tumpahan minyak sebanyak 50.000 liter mencemari kawasan lepas pantai di daerah wisata di Thailand, meningkatkan keprihatinan atas keselamatan lingkungan (31/7).

Tumpahan minyak di lepas pantai Thailand telah memicu keprihatinan luas mengenai keselamatan lingkungan, sementara perusahaan asing dan lokal meningkatkan investasi minyak lepas pantai di sana.
Aktivis lingkungan dan insinyur mengatakan pemerintah Thailand perlu meningkatkan upaya keselamatan industri minyak lepas pantai di negara itu setelah sebuah kilang minyak di Teluk Thailand menumpahkan puluhan ribu liter minyak yang sejak itu mencemari pantai-pantai populer.

Thailand masih menghitung kerugian lima hari setelah 50.000 liter minyak tumpah di Teluk Thailand ketika sedang ditransfer dari sebuah anjungan lepas pantai sekitar 20 kilometer ke laut.

Tumpahan sepanjang delapan kilometer itu telah mencapai pulau wisata Koh Samet dan bergerak menuju daratan Thailand dekat provinsi Rayong.

Departemen Kelautan Thailand telah mengadukan operator pipa itu kepada polisi sementara para pejabat Thailand menyerukan upaya pembersihan minyak yang licin itu, dengan memanggil para pakar dari Singapura.

Operator jaringan pipa itu PTT Global Chemical mengatakan kebocoran itu langsung disumbat dan kini memusatkan perhatian pada pembersihan. Operator itu merupakan anak perusahaan PTT, minyak bumi terbesar di Thailand yang memiliki hubungan dengan pemerintah, dengan aset global lebih dari 45 milyar dolar.

Meskipun PTT telah meyakinkan operator resor di Koh Samet bahwa tumpahan minyak akan dibersihkan dalam beberapa hari, industri pariwisata dan perikanan Thailand masih menghitung jumlah kerugian. Dampak kerugian bagi industri pariwisata diperkirakan sebesar 70 juta dolar.

Tapi Sutichai Kumworachai, pengamat dari Kim Eng Securities, mengatakan mungkin diperlukan waktu beberapa minggu sebelum kerugian seluruhnya diketahui dan dia berharap pemerintah kini memperketat peraturan tentang industri minyak.

"Saya harap, di masa depan regulasi atas hal ini lebih ketat daripada sekarang, tapi saya yakin operator kilang minyak akan bersedia mematuhinya," kata Sutichai.

Sutichai mengatakan perusahaan-perusahaan mungkin diharuskan menyisihkan dana darurat bagi insiden semacam itu dan memperhatikan dengan cermat dampak lingkungan jangka panjang.

Manajer program kelompok lingkungan Greenpeace Asia Tenggara, Pirom Ply, skeptis akan klaim PTT bahwa pembersihan minyak akan dilakukan dengan cepat. Greenpeace juga menyerukan rincian lebih lanjut tentang tingkat kerusakan lingkungan.

"Dari apa yang terjadi, kita dapat mengatakan bahwa ini adalah contoh dan mengingatkan pemerintah Thailand bahwa kita belum siap menghadapi insiden semacam itu. Terutama jika kita lihat Perusahaan PTT yang merupakan salah satu perusahaan terkemuka di Thailand dan global. Perusahaan itu kelihatannya belum siap menangani insiden semacam itu," ujar Pirom.

Greenpeace menyerukan pemerintah Thailand untuk meninjau kembali kebijakan energi dan ketergantungannya pada minyak bumi dan mengakhiri pengeboran dan eksplorasi minyak di Teluk Thailand.