Kontroversi Natal di Amerika

Warga Amerika merayakan Hari Natal tanggal 25 Desember yang lalu. Perayaan Natal telah menjadi begitu populer sehingga bahkan orang yang bukan Kristen merayakan hari kelahiran Yesus Kristus itu dengan saling bertukar hadiah dan ucapan Selamat Natal. Tetapi tahun ini berbeda. Pertukaran hadiah masih terjadi seperti biasa, namun Christmas yang artinya Natal, menjadi pusat perdebatan mengenai kapan seharusnya kata itu digunakan.

Sebulan yang lalu, ada sementara orang yang memboikot toko Target, karena dalam pamflet iklan, toko itu tidak menyebut kata Christmas. Sebuah kelompok Kristen konservatif yang bernama Asosiasi Keluarga Amerika berhasil mengajak 700 ribu orang memboikot Target. Karena tekanan itu, Target kemudian menggunakan kata ‘Christmas’ dalam iklannya. Kelompok tadi juga mengecam Wal-Mart, rantai toko pengecer paling besar di dunia, karena alasan yang sama, tetapi Wal-Mart belum melakukan perubahan apapun. Mungkin terdengar aneh bahwa kontroversi ini mungkin membuat rantai-rantai toko pengecer berusaha merangkul lebih banyak orang Kristen, sementara jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa warga Amerika prihatin mengenai komersialisasi Natal.

Di tengah-tengah kontroversi yang menyangkut Target, Presiden Bush dan istrinya mengirim kartu Natal kepada sekitar 1,4 juta orang pendukung. Kartu itu bergambar dua anjing kesayangan Presiden Bush bermain-main di salju, di depan Gedung Putih. Kartu itu tidak bertuliskan ucapan ‘Merry Chrtistmas” atau ‘Selamat Natal’, tetapi ‘Best Wishes for the Holiday Season’, yang artinya ‘Teriring Doa Pada Hari Besar Akhir Tahun.’

Biasanya, orang sangat menghargai kartu ucapan dari presiden seperti itu, tetapi sebagian yang menerimanya tahun ini mengatakan, mereka kecewa karena kartu itu tidak menyebut kata Natal. Presiden Bush menanggapinya dengan mengatakan, kata Natal sengaja tidak dipakai, karena banyak orang yang dikirimi kartu itu bukan Kristen. Sebagian besar presiden Amerika selama 30 tahun terakhir ini, memang menggunakan kata ‘holiday’, bukan ‘Christmas.’

Apa yang sedang terjadi? Beberapa kelompok politik dan agama mengatakan, sedang ada upaya untuk menyingkirkan Kristen dari arena publik. Mereka berpendapat, perubahan kata itu merupakan bagian dari perang budaya. Mereka ingin memulihkan ‘Christmas’ ke tempat utama dalam kehidupan di Amerika.

Memang rakyat Amerika semakin beragam, baik segara agama maupun budaya. Banyak orang menganggap perubahan ini sebagai berkah, tetapi banyak juga yang merindukan masa lalu, di mana kehidupan lebih harmonis dan tidak begitu rumit. Kristen tetap mewakili suara terbesar di Amerika. Tahun ini, lebih banyak umat Kristen merayakan Natal di Amerika dibandingkan kapanpun dalam sejarah negeri ini.

Meskipun ada kontroversi mengenai penggunaan kata ‘Christmas’, umat Kristen Amerika tetap merayakan Hari Natal di gereja atau di rumah mereka. Setelah Natal berlalu, perhatian mereka akan beralih pada Tahun Baru, yang merupakan bagian dari ‘Holiday Season’ di Amerika.(voa/djoko)