ARABS & MUSLIMS IN THE U.S. MEDIA - 2003-08-12

Budaya Arab dan Muslim tidak pernah menjadi fokus penting media Amerika, kecuali kalau terjadi kekerasan atau perang. Serangan teroris 11 September 2001 membuat seluruh dunia Islam disorot secara tajam, dan ini mengecewakan banyak warga Arab dan Muslim di Amerika.Selama dua tahun ini, masyarakat Arab dan Muslim di Amerika terpaksa mengasah ketrampilan humas mereka, selagi mereka berusaha membendung citra negatif yang seolah mengalir tanpa henti salam ‘perang melawan teror’. Para tokoh dan aktivis Arab dan Muslim melakukan usaha bersama untuk menjelaskan siapa mereka sebenarnya, berbicara mengenai agama, tradisi dan cara hidup Islam kepada para tetangga dan wartawan.

Sobia Ahmab, seorang mahasiswi Muslim jurusan Kajian Media, tidak mau lagi menonton televisi atau membaca koran, karena ia begitu muak melihat atau membaca liputan media mengenai Islam. Ia berpendapat, wartawan dan redaktur di Amerika sengaja berusaha membuat Muslim Amerika tampak buruk. Sobia Ahmab mengatakan: Banyak sekali kasus di mana mula mula saya tidak mempercayainya, tetapi saya telah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Mereka mewawancarai seseorang, kemudian memotongnya sebagian. Meskipun orang itu mengatakan hal positif, tetapi haislnya tampak seolah negatif. Hal itu terjadi berulang ulang, seakan akan media ingin menanamkan bahwa begitulah citra seorang Muslim. Ini sangat menjengkelkan.

Demikian Sobia Ahmab. Penggambaran warga Arab dan Muslim oleh media berita dan film film di Amerika juga menggemaskan Jack Shaheen, warga Amerika keturunan Arab, pensiunan profesor yang telah mengarang beberapa buku mengenai isu tersebut. Menurutnya, menyedihkan sekali melihat stereotipe yang berbahaya mengenai Islam oleh media, dan juga politisi Amerika.

Jack Shaheen mengatakan: Bukan saja menyamaratakan 1,2 milyar warga Muslim di seluruh dunia dengan ke-19 orang teroris yang melakukan serangan 11 September. Perbuatan ke-19 orang teroris dibebankan kepada 1,2 milyar orang Muslim di seluruh dunia. Jadi, secara tidak adil, perbuatan ke-19 orang teroris dibebankan kepada 6 juta orang warga Muslim dan 3 juta orang warga keturunan Arab di Amerika. Itu menjadi masalah.

Demikian Jack Shaheen yang menambahkan, masalahnya bukan saja anggapan bahwa semua warga Arab dan semua umat Islam adalah sama, tetapi juga dalam penggunaan istilah atau ungkapan yang digunakan untuk menggambarkan citra, seperti kata ‘jihad’.

Jack Shaheen mengatakan: kata jihad sering sekali disalahartikan oleh berbagai jaringan media dan banyak wartawan di seluruh Amerika. Memang tidak semua, tetapi banyak sekali. Jihad adalah perjuangan di dalam diri seseorang. Jihad adalah perjuangan di dalam diri seseorang untuk menjadi Muslim sebaik baiknya. Sekarang para ekstremis menggunakan istilah itu, dan media menyalahartikannya, menjadi sesuatu yang artinya lain sama sekali.

@ Djoko Santoso