Wajah Dibalik Suara: Susy Tekunan - 2003-01-28




“Hi, are you from Chinese service?”, mungkin pertanyaan inilah yang akan keluar apabila anda melihat sosok Susy Tekunan, pendatang baru di jajaran kru Voice of America (VOA) seksi Indonesia. Dan jangan kaget pula bila Susy akan menjawab pertanyaan tersebut dalam bahasa Mandarin yang fasih, “Bu shi, wo bu shi Zhong Guo Ren” (red: bukan, saya bukan orang Cina).

Susy memang asli kelahiran Indonesia, tepatnya Lampung, namun dibesarkan di Jakarta. Kemampuan berbahasa Mandarin diperoleh Susy setelah menghabiskan masa 5 tahun kuliah di Taichong, sebuah kota di bagian tengah pulau Taiwan. Di kota tersebut, Susy belajar bisnis administrasi di Feng Chia University dari tahun 1997 – 1999, dan memperoleh gelar Bachelor of Arts pada tahun 2001 dari Canyon College di kota yang sama. Penggemar jalan kaki ini, kemudian melangkah ke negeri paman Sam untuk meneruskan sekolahnya di Radford University, Virginia sejak September 2001. Saat ini, Susy tengah menyelesaikan gelar Master of Business Administration-nya, yang akan mencapai tenggat waktu bulan Mei mendatang.

Dengan latar belakang di pendidikan di bidang pemasaran, ditambah pengalaman kerja di Collocate Machinery Company, Taichong, serta pengalaman magang di Luna Innovations Biotech Company, Blacksburg, Virginia, mengapa Susy bisa terdampar di sebuah media penyiaran, seperti VOA?. “Mungkin pengalaman kerja di bagian pemasaranlah yang membawa gue kemari”, jawab Susy. Dituturkan olehnya bahwa pekerjaan utamanya di VOA adalah melakukan analisa riset pemasaran serta merencanakan langkah-langkah aplikasinya, dengan tujuan akhir meningkatkan jumlah pendengar VOA. Selain melakukan pekerjaan sesuai dengan bidang keahliannya, Susy mulai belajar berbagai hal mengenai media penyiaran, seperti terlibat dalam tim Infotainment serta program televisi “Dunia Kita” dan “Halo VOA”. “Senang bisa menjadi bagian dalam menjalankan misi media yaitu memberikan informasi bagi masyarakat”, imbuh Susy lagi.

Ketika ditanya lingkungan kerja yang mana yang lebih disukainya, apakah bekerja bersama orang Taiwan, orang Amerika atau orang Indonesia, penggemar buku-buku biografi dan fiksi romantis ini, mengatakan setiap lingkungan punya nilai positif masing-masing. Bekerja dengan sesama orang Asia menyenangkan karena suasana kekeluargaan yang kental. “Apalagi di VOA, banyak makanan enak, setiap Rabu malam pasti ada warung dadakan”, tawa Susy sambil menjelaskan kebiasaan para kru VOA membawa makanan dan menyantapnya ramai-ramai. Bekerja dengan orang Amerika, menurut Susy lebih individual, namun dilain pihak setiap pekerja dituntut untuk lebih profesional.

Meskipun mengaku menikmati pengalaman kerja barunya di VOA, namun Susy bercita-cita menerapkan ilmu bisnis yang telah ditekuninya, dengan memulai bisnis sendiri setelah pulang ke Indonesia nanti. Ini namanya sekali mendayung, dua tiga pulau terlewati. Bukan hanya menerapkan ilmu, melainkan juga bisa menciptakan berbagai lapangan kerja baru, begitu bukan Sus? Yah … semoga tercapai. Hanya satu pesan jangan kelamaan nongkrong di ‘sauna room’ (red: ini salah satu hobi lain Susy), nanti bahasa Mandarin kamu meleleh semua karena kepanasan.