ISIS Klaim Serangan Teror di Paris, Bersumpah Lakukan Lebih Banyak Serangan

Polisi berpatroli di Place de la Republique setelah serangkaian serangan mematikan sehari sebelumnya di Paris, 14 November 2015.

Kelompok militan ISIS mengaku bertanggungjawab atas serangan mematikan yang terkoordinasi di Paris, Jumat malam (13/11), dan kini pemerintah Perancis meningkatkan upaya-upaya keamanan terhadap kemungkinan terjadinya kekerasan berikutnya.

Kelompok teroris tersebut mengatakan hari Sabtu bahwa enam serangan yang terjadi bersamaan dan menewaskan setidaknya 127 orang di Paris tersebut adalah sebagai balasan atas serangan udara kepada pejuang ISIS di Irak dan Suriah. ISIS juga mengatakan Perancis dan para pendukungnya "akan menjadi target utama ISIS."

Klaim ISIS bertanggungjawab terhadap serangan tersebut dipublikasikan dalam bahasa Arab dan Perancis dalam sebuah pernyataan yang disebarkan secara online oleh pendukung ISIS. Pernyataan yang menggunakan logo ISIS dan mirip dengan pernyataan lain yang dikeluarkan oleh ISIS tersebut belum bisa dipastikan keabsahannya, tapi para ahli terorisme tidak memperkarakannya.

"Bau kematian ini tidak akan lepas dari hidung mereka," kata ISIS tentang para pemimpin Perancis, "selama mereka tetap berada di garis depan dalam kampanye Tentara Salib, berani mengutuk nabi kami, menyerukan perang terhadap Islam di Perancis, dan menyerang Muslim di tanah kekhalifahan dengan pesawat-pesawat perang yang tidak ada gunanya bagi mereka di jalan-jalan dan gang-gang busuk Paris."

TONTON: Video dunia menunjukkan dukungan bagi korban serangan Paris

Your browser doesn’t support HTML5

World Shows Support for France After Attacks

Presiden Perancis Francois Hollande pada hari Sabtu menetapkan tiga hari berduka setelah serangan di berbagai penjuru ibukota negara tersebut. Hollande menyalahkan ISIS atas malam yang mengerikan tersebut dan menyebutkan serangan itu sebagai "tindakan perang."

Hollande yang berjanji akan menangkap pelaku serangan mengatakan, "Perancis akan menang atas tindakan barbar ini." Ia mengadakan rapat kabinet darurat dan memobilisasi pasukan keamanan Perancis dengan tingkat "siaga tinggi."

Ketika terbangun dari tidur mereka di hari Sabtu pagi, warga Perancis mengadapi situasi darurat di seluruh negara tersebut. Delapan teroris tewas, tapi tidak jelas apakan masih ada pemberontak lain atau kaki tangan kelompok tersebut di Paris.

Hollande meminta warga Paris tetap tinggal di rumah pada hari Sabtu. Mereka yang keluar rumah mendapati banyak toko yang ditutup dan terlihat pasukan keamanan di mana-mana, dengan sekitar 1.500 tentara dikerahkan di jalan-jalan ibukota Perancis tersebut.

Dari kiri, Menteri Dalam Negeri Perancis Bernard Cazeneuve dan Presiden Francois Hollande dan pejabat pemerintah lainnya keluar dari Istana Elysee setelah rapat dengan Dewan Pertahanan setelah serangan pada hari Jumat (13/11) di Paris, Perancis, 14 November 2015.

Hollande membatalkan perjalanannya ke Turki untuk pertemuan G-20 yang direncanakan mulai hari Minggu.

Perbatasan ditutup

Presiden memerintahkan perbatasan Perancis ditutup, tindakan yang tidak pernah terjadi sebelumnya di Eropa dalam abad 21. Namun, bandara utama tetap buka dan kereta tetap beroperasi.

Pada hari Jumat, 100 orang meninggal di gedung konser Bataclan ketika setidaknya tiga pria bersenjata melepaskan tembakan dengan senjata otomatis sebelum menyandera sejumlah orang. Polisi kemudian memasuki gedung tersebut, dan menewaskan setidaknya satu pelaku penyerangan. Yang lainnya meninggal akibat bom bunuh diri.

Orang-orang berjalan di depan Bataclan Cafe dan gedung yang tersambung dengan cafe tersebut sehari setelah sejumlah serangan mematikan di Paris, 14 November 2015.

Sedikitnya 1.000 orang berada di gedung konser Bataclan, yang menyaksikan konser band Amerika, Eagles of Death Metal, ketika tembakan tiba-tiba berlangsung. Banyak orang lari menyelamatkan diri saat tembakan tersebut berlangsung.

Korban tewas dilaporkan di beberapa tempat lainnya di Paris. Salah satu ledakan yang pertama terjadi adalah di luar stadion di mana Hollande dan sejumlah besar orang sedang menyaksikan pertandingan sepak bola antara tim nasional Perancis dan Jerman.

Ledakan tersebut bisa dirasakan di dalam stadion. Polisi mengevakuasi Hollande dari stadion, dan ketika pertandingan dihentikan orang-orang lari ke lapangan dan berkumpul dengan rasa takut.

Beberapa ledakan lainnya terjadi di kawasan tersebut dan para pejabat mengatakan setidaknya satu ledakan tersebut akibat bom bunuh diri.

Di bagian lain ibukota Perancis tersebut, beberapa orang tewas di restoran Kamboja. Berbagai serangan lain juga dilaporkan terjadi di cafe-cafe.

Respon warga Paris

Pemerintah mengatakan sekitar 200 orang luka-luka pada hari Jumat, 80 di antaranya luka parah.

Pada hari Sabtu, Walikota Paris Anne Hidalgo menyampaikan duka citanya kepada para korban, keluarga dan teman-teman mereka, dan mengatakan "kita semua merasakan kesakitan ini." Tapi ia berjanji Paris dan warganya akan "lebih kuat daripada mereka yang ingin membungkamnya."

Di Washington, Presiden Barack Obama mengatakan Amerika Serikat siap membantu dengan cara apapun. Ia menyebut serangan terencana di Paris tersebut sebagai "upaya memalukan untuk meneror masyarakat."

Wakil Presiden Joe Biden mengatakan "kebiadaban ini tidak akan mampu mengancam kita." Menteri Luar Negeri John Kerry menggambarkan serangan tersebut sebagai "biadab, keji" dan "jahat."

Menteri Pertahanan Ash Carter mengatakan "serangan yang mengerikan dan biadab di Paris itu bukan hanya serangan terhadap bangsa atau warga Perancis, tapi serangan bagi seluruh martabat manusia.

Hari Jumat sebelum serangan tersebut terjadi, Pentagon mengatakan "kemunkginan besar" serangan pesawat tanpa awak telah menewaskan Mohammed Emwazi, militan ISIS yang dikenal sebagai "Jihadi John" dari video yang menunjukkan ia mengeksekusi korban, termasuk tiga warga Amerika. Pria berkewarganegaraan Inggris yang lahir di Kuwait tersebut pernah tinggal di London barat selama bertahun-tahun sebelum ke Suriah dan bergabung dengan ISIS.

Pemerintah AS mengatakan kedutaan besar di Perancis telah memeriksa keselamatan seluruh warga Amerika di Paris. Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengatakan di Washington tidak ada "ancaman spesifik atau yang dapat dipercaya terhadap Amerika Serikat." Tapi kemanan telah ditingkatkan di beberapa kota besar AS sebagai tindakan pencegahan.

Wartawan di luar restoran di mana bekas peluru terlihat sehari setelah serangkaian serangan mematikan di Paris, Perancis, 14 November 2015.

Dalam sebuah surat untuk Hollande, Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan "Kami akan memastikan bahwa tindakan teror memalukan terhadap Paris gagal mencapai tujuannya: yaitu memecah belah, menakut-nakuti, dan meremehkan kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan, nilai-nilai yang menjadikan Perancis bangsa besar."

Perdana Menteri Inggris David Cameron, dalam pidatonya hari Sabtu, mengatakan, "Jelas ancaman ISIS semakin berevolusi" dan walaupun keamanan telah ditingkatkan, ia dan warga Inggris "harus bersiap adanya korban yang merupakan warga Inggris."

"Tujuan teroris adalah memecah belah kita semua dan menghancurkan cara hidup kita," kata Cameron, mendesak solidaritas. Ia berjanji membantu Perancis, "Rasa sakit yang kalian rasakan adalah rasa sakit yang kami rasakan juga, perjuangan kalian adalah perjuangan kami."

'Serangan teroris yang tercela'

Di PBB, seorang juru bicara mengatakan Sekjen Ban Ki-moon "mengutuk serangan teroris yang tercela ini" dan "menuntut orang-orang yang disandera di gedung Bataclan segera dibebaskan."

Sebuah pernyataan dari Vatikan mengatakan Paus Fransiskus mengikuti "berita buruk" di Paris ini. "Kami terkejut dengan bentuk baru kekerasan teroris dan kebencian, dan kami bersama Paus dan semua orang yang cinta perdamaian mengutuk keras tindakan ini," tulis pernyataan Vatikan tersebut.

TONTON: Video serangan teror di Paris

Your browser doesn’t support HTML5

Deadly Attacks Rip Paris

Brian Katulis, seorang fellow senior di Center for American Progress, mengatakan pada VOA bahwa serangan Paris tersebut "sepertinya dikoordinasi untuk menyampaikan dampak besar dan pesan."

"Serangan itu menunjukkan banyak kelemahan di masyarakat terbuka yang bisa diekploitasi oleh kelompok teroris manapun yang melakukan tindakan seperti ini," kata Katulis.

Serangan hari Jumat tersebut membangkitkan lagi ingatan tentang serangan yang dilakukan oleh pria bersenjata pada bulan Januari yang menewaskan 17 orang.

Paris akan menjadi tuan rumah sebuah konferensi yang disponsori oleh PBB mulai 30 November dalam upaya internasional untuk mengatasi pemanasan global. [dw]

Koresponden Gedung Putih VOA Aru Pande, Koresponden Keamanan Nasional Jeff Seldin, Luis Ramirez, Lisa Bryant dari Paris, dan Jamie Dettmer menulis laporan ini.

Scenes From Paris Terror Attacks