Tautan-tautan Akses

Mengenang Nirvana dengan Combo Jazz


Seorang pejalan kaki melewati poster Kurt Cobain, vokalis dan gitaris Nirvana, di kota Seattle (foto: dok).
Seorang pejalan kaki melewati poster Kurt Cobain, vokalis dan gitaris Nirvana, di kota Seattle (foto: dok).

Meski hanya sesaat meramaikan jagat hiburan dunia, Nirvana adalah salah satu legenda musik rock alternatif paling fenomenal, yang akan selalu dikenang para penggemarnya hingga sekarang; termasuk di Indonesia. Sebuah perayaan atas album mereka “Nevermind” dirayakan di Pusat Kebudayaan Amerika, baru-baru ini.

Album “Nevermind” dilepas ke pasar musik internasional tepat pada tanggal 24 September 1991. Penyanyinya adalah sebuah band asal Aberdeen, Washington, bernama Nirvana yang beranggotakan Kurt Cobain, vokalis dan gitaris, Krist Novoselic pemain bass, dan Dave Grohl pemain drum.

Oleh banyak pihak, diakui bahwa album ini tidak hanya mempopulerkan gerakan Grunge dan Seattle Sound ke panggung dunia, tapi juga mengubah arah musik dunia hingga berkembang seperti sekarang ini. Dalam sebuah wawancara di majalah the Rolling Stones edisi Juni 2008 silam, vokalis Coldplay, Chris Martin, bahkan mengatakan terus terang bahwa Nirvana adalah salah satu inspirasinya dalam bermusik.

Sebagai bentuk apresiasi atas momen tersebut, @america, (Pusat Kebudayaan Amerika) dan Beyond Productions menggelar acara yang menyajikan salah satu bentuk bebas interpretasi atas lagu-lagu yang ada di album tersebut.

Anggota group band Nirvana: Dave Grohl, Kurt Cobain, dan Krist Novoselic (foto: dok).
Anggota group band Nirvana: Dave Grohl, Kurt Cobain, dan Krist Novoselic (foto: dok).

Diolah dan diaransemen oleh Indra Perkasa, seorang komposer dan arranger musik muda Indonesia, lagu-lagu dalam album “Nevermind” terdengar beda, kreatif, tanpa mengubah esensi tiap lagu tersebut. Pertunjukan berlangsung pada Jum’at malam lalu, di @america Jakarta.

Khusus untuk pergelaran ini, Indra Perkasa membentuk sebuah ensemble bertajuk “Indra Perkasa Collective," yang terdiri dari Indra Perkasa (double bass, music director), Aksan Sjuman (drum), Nikita Dompas (gitar), Indra Dauna (trumpet), Septa Suryoto (saksofon) dan Anda Perdana (vokal, gitar).

Drummer Aksan Sjuman kepada VOA mengaku ini bukan kali pertama ia membawakan interpretasi jazz pada lagu-lagu rock alternatif. “Kita bawakan bukan grunge tapi ini versi yang lebih soft, kurang lebih di Jerman dulu saya pernah mainkan musik seperti ini. Ini interpretasi jazz di masa sekarang, combo band. Sekarang yang model ini sedang banyak bermunculan,” ujarnya.

Salah satu penggemar Nirvana, Harry, mengatakan ia cukup menikmati penampilan Indra Perkasa Collective malam itu.

“Saya ikuti tadi tiga lagu terakhir “Something in the Way”, “Stay Away”, dan “Polly”. OK sekali, musik secara keseluruhan. Sebenarnya grunge dalam versi jazz sudah banyak dibawakan, cuma (selama ini) hanya “Smells Like Teen Spirit” saja," ujar Harry.

Penggemar Nirvana lainnya, Ananda Riztianto, mengatakan Nirvana adalah fenomena bagi semua generasi 90-an. Saat “Nevermind” diluncurkan, ia masih berusia 12 tahun. Ia sekarang dikenal sebagai vokalis band Alexa.

Dari tiga album studio yang dirilis, “Nevermind” mencatat angka penjualan yang fantastis sepanjang tahun 1990-an, bahkan setelah Kurt Cobain tewas pada 1994. Single pertamanya, “Smells Like Teen Spirit” menjadi nomor satu di berbagai urutan musik rock Amerika dan Eropa. Sedangkan “Nevermind” sendiri juga terus menanjak populer, hingga mengalahkan album “Dangerous” milik Michael Jackson.

XS
SM
MD
LG