Tautan-tautan Akses

Legalisasi Perdagangan Cula Badak Akan Kurangi Perburuan


Badak yang tewas dibunuh oleh pemburu di Taman Nasional Kruger di provinsi Mpumalanga, Afrika Selatan. (Foto: Dok)
Badak yang tewas dibunuh oleh pemburu di Taman Nasional Kruger di provinsi Mpumalanga, Afrika Selatan. (Foto: Dok)

Ahli konservasi dari Afrika Selatan berpendapat legalisasi perdagangan cula badak akan mengurangi perburuan binatang tersebut.

Setiap hari, hampir dua ekor badak diburu di Afrika Selatan untuk memenuhi permintaan yang meningkat dari Asia terhadap cula badak yang nilainya melebihi nilai emas dengan berat yang sama.

Dengan angka kematian hampir mencapai 300 tahun ini, Afrika Selatan kelihatanya akan kehilangan lebih dari 448 badak yang diburu tahun lalu.

Dengan latar belakang seperti ini, Clive Walker, salah satu ahli konservasi yang dihormati di Afrika Selatan, serta anaknya Anton, berpendapat dalam buku mereka “The Rhino Keepers” (Penjaga Badak) komunitas internasional harus lebih serius dalam menghentikan larangan perdagangan cula badak.

Seperti “War on Drugs” (Perang Melawan Narkoba) di Amerika Serikat, pelarangan penjualan cula badak tidak menghentikan orang untuk melakukannya, dan mereka berani membayar harga yang sangat tinggi.

Menurut Walker, ia ingin melakukan pendekatan yang lebih terbuka dan netral terhadap isu yang sangat sensitif dan kontroversial ini.

“Spesies badak pernah hampir punah dan kita bisa mengatasinya kembali. Jika jumlah badak terus menurun dengan level seperti sekarang ini, akan sulit mengatakan kapan kepunahan akan terjadi. Paling tidak sekarang ada 21.000 badak putih dan 4.800 badak hitam,” ujarnya pada kantor berita Reuters.

Untuk itu, menurut Walker kekhawatiran yang ada bukanlah pada kepunahan badak, tapi pada tingkat kejahatan terhadap cula badak dan perdagangan yang telah mencapai proporsi yang dramatis terkait harga, dan apakah Afrika Selatan yang memiliki badak terbanyak di dunia dapat mengatasinya.

Yang harus dilakukan, menurut Walker adalah kerja sama di semua lini. Kabar baiknya adalah krisis ini membawa banyak pihak bekerja sama, namun yang dilakukan hanya terkait dampak, bukan sebabnya.

“Kita tidak tahu banyak tentang pasar. Perhatian harus ditumpahkan pada negara-negara konsumen, Vietnam, Tiongkok, di mana penggunaan cula badak telah berlangsung ratusan atau bahkan ribuan tahun,” tambahnya.

“Ada persepsi Barat mengenai apa yang harus dilakukan. Namun yang harus didiskusikan adalah di mana cula badak ini berada pada akhirnya. Ada faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan, yaitu budaya dan spiritual. Saat ini kita melawan api dengan api.” (Reuters/Ed Stoddard)

Recommended

XS
SM
MD
LG