Tautan-tautan Akses

Alat Berbasis Ponsel Dapat Deteksi Sel-sel Kanker


Dengan menghitung jumlah penanda tumor, sistem D3 mengkategorikan sampel-sampel biopsi leher rahim. (Massachusetts General Hospital Center for Systems Biology)
Dengan menghitung jumlah penanda tumor, sistem D3 mengkategorikan sampel-sampel biopsi leher rahim. (Massachusetts General Hospital Center for Systems Biology)

Para peneliti di Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston telah mempersingkat proses pendeteksian dengan sistem pendeteksi kanker D3.

Sebuah alat baru berbasis ponsel dapat mendiagnosa kehadiran sel-sel kanker dalam sampel darah. Teknologinya dapat dibawa ke mana-mana, dapat digunakan di daerah-daerah terpencil tempat peralatan canggih untuk deteksi kanker tidak tersedia.

Diagnosa kanker biasanya melibatkan ahli-ahli sel yang disebut cytologists, mikroskop-mikroskop berdaya tinggi dan peralatan lainnya. Cytologists mencari sel-sel kanker dalam sampel darah atau jaringan yang didapat lewat biopsi. Teknologi tersebut dan personel yang ahli seringkali tidak tersedia di tempat terpencil, terutama di Afrika atau Asia.

Namun para peneliti di Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston telah mempersingkat proses menggunakan alat ponsel yang dapat digunakan siapa pun yang sudah dilatih. Sistem ini disebut sistem pendeteksi kanker D3.

Dalam sebuah studi yang melibatkan 25 sampel sel dari perempuan-perempuan yang diduga memiliki kanker leher rahim, kamera kecil ponsel muncul dengan diagnosa awal dalam 45 menit. Dan hal itu dilakukan dengan akurasi hampir 100 persen, membedakan sel-sel "risiko tinggi" dari "risiko rendah" dan sel-sel non-kanker.

Tes ini dapat dilakukan oleh siapa pun bahkan di rumah, menggunakan sampel kecil seperti tetesan darah, dan tidak mahal, hanya berbiaya sekitar US$1,80 untuk modul, bakteri dan manik-manik kecil.​

Artikel mengenai sistem pendeteksi kanker D3 diterbitkan Senin (13/4) di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.

XS
SM
MD
LG