Tautan-tautan Akses

Trump, Menhan AS Berbeda Komentar soal Bagaimana Tanggapi Korut


Presiden AS Donald Trump dan Menteri Pertahanan AS Jim Mattis (foto: dok).
Presiden AS Donald Trump dan Menteri Pertahanan AS Jim Mattis (foto: dok).

Presiden AS Donald Trump dan Menteri Pertahanannya mengeluarkan komentar berbeda hari Rabu, tentang bagaimana menanggapi program rudal balistik dan nuklir Korea Utara yang terus maju.

Presiden Trump dan Menteri Pertahanan Jim Mattis hari Rabu (30/8) memberi keterangan yang berseberangan tentang bagaimana menanggapi program misil balistik dan senjata nuklir Korea Utara yang terus berkembang. Ini terjadi pada saat dunia mengutuk peluncuran misil terbaru yang dilakukan Korea Utara.

Korea Utara mengatakan, peluncuran terbaru itu adalah langkah pertama ke arah mengekang pasukan Amerika di kawasan. Misil jarak sedang itu terbang di atas Jepang membuat sirena meraung dan penduduk berhamburan mencari perlindungan. Dewan Keamanan PBB mengutuk peluncuran itu dan menyebutnya amat memualkan.

Dalam pernyataannya, Presiden Trump mengatakan ‘semua pilihan tetap terbuka’. Tetapi hari Rabu Trump mengucapkan pesan berbeda lewat cuitannya. Di situ ia menegaskan ‘berbicara bukanlah jawabannya’.

Sementara itu – menteri pertahanan Amerika Jim Mattis yang mengadakan pembicaraan dengan menteri luar negeri Korea Selatan, cepat memberi tanggapan yang berbeda.

"Tidak, kami tidak kehabisan solusi diplomatik. Kami terus berusaha bersama-sama. Menteri luar negeri Korea Selatan dan saya punya tanggungjawab bersama menyediakan perlindungan bagi bangsa kami, penduduk kami, dan kepentingan kami. Itulah yang kami bicarakan hari ini," ujar Mattis.

Trump memang punya sejarah yang panjang suka mengeluarkan pernyataan yang kontroversial tentang Korea Utara.

"Akan dihadapi dengan api dan ganas seperti yang belum pernah disaksikan dunia," tandas Trump.

Ucapan itu diucapkannya sekitar awal bulan ini. Empat bulan sebelumnya Trump mengatakan ia akan merasa terhormat untuk bertemu tatap-muka dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Ketika masih berkampanye Trump mengatakan ia bersedia menerima Kim Jong Un di Gedung Putih dan juga mengancam akan meminta Tiongkok menyingkirkan Kim Jong Un. Ini berisiko mengirim pesan yang campur aduk, kata Gary Saymore bekas pejabat tinggi pemerintahan Obama.

Saymore menambahkan, rada sukar baginya untuk menafsirkan apa yang ada dalam fikiran Trump. Yang bisa dikatakannya, kebijakan pemerintahan Trump ialah membujuk Korea Utara lewat tekanan ekonomi maupun janji mengusahakan kemajuan untuk melanjutkan perundingan.

Amerika pekan ini melanjutkan unjuk kekuatan lewat latihan militer bersama Korea Selatan. Dan menayangkan video keberhasilan percobaan menembak jatuh misil jarak sedang di lepas pantai Hawaii.

Masalahnya, jika peluncuran terbaru oleh Korea Utara bisa dijadikan petunjuk, Korea Utara belum mau tunduk kapan pun dalam waktu dekat. [al]

XS
SM
MD
LG