Tautan-tautan Akses

Tarik Minat Mahasiswa Belajar Bahasa Indonesia, Universitas Colorado Adakan Program "Nongkrong"


Peserta "Indonesia Nongkrong" membuat kerajinan tangan berupa gelang dari manik-manik dari Kalimantan Timur (foto: courtesy).
Peserta "Indonesia Nongkrong" membuat kerajinan tangan berupa gelang dari manik-manik dari Kalimantan Timur (foto: courtesy).

Untuk menarik minat mahasiswa pada program baru Pengajaran Bahasa Indonesia, serta untuk mengakrabkan proses pembelajaran dalam suasana santai dan menyenangkan, Universitas Colorado Boulder melalui Pusat Studi Asia (Center for Asian Studies) meluncurkan kegiatan yang dinamai “Indonesia Nongkrong.”

Pengajaran Bahasa Indonesia bukanlah program baru di berbagai perguruan tinggi di Amerika, terutama di universitas-universitas yang termasuk dalam Konsorsium Pengajaran Bahasa Indonesia (Consortium of Teaching Indonesian atau COTI), tetapi kini semakin banyak universitas menyelenggarakan program ini. Salah satunya adalah Universitas Colorado Boulder, yang memulai program itu pada tahun 2019.

Sebagai pusat studi wilayah terbesar dan tertua di kampus Amerika, Pusat Studi Asia di Universitas Colorado Boulder menyatakan diri sangat mendukung berbagai inisiatif untuk meningkatkan kegiatan penelitian dan pengajaran para dosennya, termasuk dalam upaya menghubungkan dan memperluas pendekatan disiplin untuk studi Asia.

Upaya itu didasarkan pada kenyataan bahwa kini semakin banyak majikan mencari calon karyawan yang memiliki perspektif internasional. Kajian tentang Asia dipandang sangat relevan, termasuk bahasa-bahasanya, termasuk Bahasa Arab, Parsi, Hindi, Korea, Cina, Jepang, dan Indonesia, yang menurut Departemen Luar Negeri Amerika dikategorikan ke dalam “bahasa-bahasa penting” (critical languages).

Peserta Indonesia Nongkrong bermain gaple sambil belajar Bahasa Indonesia (foto: courtesy).
Peserta Indonesia Nongkrong bermain gaple sambil belajar Bahasa Indonesia (foto: courtesy).

Rachel Rinaldo, Ph.D. adalah guru besar sosiologi dan direktur Pusat Studi Asia di Universitas Colorado Boulder. Rachel telah melakukan banyak penelitian tentang gender, globalisasi, budaya, agama, termasuk Islam, dan pergerakan sosial di Asia Tenggara, utamanya di Indonesia.

Dari serangkaian penelitiannya, dia telah menulis banyak buku, di antaranya, “Women’s Movement and Indonesia’s Transition to Democracy” dan “Mobilizing Piety: Islam and Feminism in Indonesia.” Pakar studi Indonesia ini ikut membidani lahirnya program Bahasa Indonesia di lembaga yang dipimpinnya.

Rachel Rinaldo, Associate Professor and Director, Center for Asian Studies, University of Colorado Boulder. (Foto: Dokumentasi pribadi)
Rachel Rinaldo, Associate Professor and Director, Center for Asian Studies, University of Colorado Boulder. (Foto: Dokumentasi pribadi)

Walaupun keinginan untuk menyelenggarakan program Bahasa Indonesia telah lama diwacanakan, terutama di lingkungan Pusat Studi Asia, program itu baru terealisasi dan dimulai pada tahun 2019 dengan seorang guru dari Indonesia yang menjadi partisipan program “Asisten Dosen Bahasa Asing” (Foreign Language Teaching Assistant atau FLTA) dari Program Fulbright yang disponsori oleh Departemen Luar Negeri Amerika.

Memang, “program itu baru berusia tiga tahun, tetapi sangat menjanjikan, seperti terlihat dari minat para mahasiswa,” kata Akhmad Taufik, peserta FLTA Fulbright yang bertanggung jawab penuh atas jalannya program itu selama dua semester. Sebagai pendatang baru dan penerus dua guru sebelumnya, Taufik mengatakan hal itu bukan sebagai tantangan, tetapi lebih merupakan peluang karena di situ masih banyak ruang yang bisa digunakan untuk mengembangkan dan mempromosikan bahasa Indonesia.

Akhmad Taufik, Pengajar Bahasa Indonesia di Pusat Studi Asia, Universitas Colorado Boulder (foto: courtesy).
Akhmad Taufik, Pengajar Bahasa Indonesia di Pusat Studi Asia, Universitas Colorado Boulder (foto: courtesy).

“Saya melihat peluangnya sangat banyak dan saya melihat minat mahasiswa juga sangat besar, apalagi bagi mereka yang ingin melakukan penelitian di Indonesia atau mungkin mereka yang ingin mengikuti summer program, atau mereka yang ingin mengenal budaya Indonesia lebih jauh,” ujar Taufik.

Ketersediaan ruang untuk berkiprah itu sesuai dengan antisipasi dan pilihannya untuk mengajar di Universitas Colorado Boulder.

Ia menambahkan, “Saya sempat diberi tawaran antara mengajar di Columbia University atau di Colorado University Boulder, tapi saya melihatnya kalau di Columbia University ini kan sudah firmly established (mapan), sistemnya sudah jelas. Nah, sedangkan kalau CU Boulder ini masih baru dan masih banyak ruang yang bisa digunakan.”

Taufik menuyatatakan bahwa minat mahasiswa belajar Bahasa Indonesia di kampus di kawasan Pegunungan Rocky itu sangat besar.

"Menurut saya animonya sangat besar karena saya tidak hanya melihat dari animo mahasiswa yang belajar di dalam kelas, tapi bagaimana minat mereka yang menghadiri acara seperti Indonesia Nongkrong itu dari luar kelas. Jadi, banyak juga dari mereka yang ingin belajar Bahasa Indonesia tetapi mereka tidak tahu kalau ternyata ada mata kuliah Bahasa Indonesia yang ditawarkan di CU Boulder,” imbuhnya.

Kegiatan "Indonesia Nongkrong" dengan format conversation table ini merupakan “salah satu momen untuk pengajar bahasa Indonesia dan juga untuk mempromosikan Indonesia itu sendiri kepada mahasiswa di luar kelas reguler,” kata Taufik.

“Jadi, tidak hanya tentang bahasa Indonesia secara umum, tapi juga mempromosikan tentang Indonesia itu di mana; Indonesia itu seperti apa; (bahwa) budayanya beraneka macam dan juga fakta-fakta menarik tentang budaya di Indonesia. Ini semua diperkenalkan dengan metode berbagai macam, mungkin dengan presentasi atau mungkin diperkenalkan dengan games atau permainan-permainan khas Indonesia. Jadi, kami memang nongkrong, duduk santai saling bertanya jawab. Sesama peserta juga bisa saling berbagi,” tukasnya.

Peserta juga berkesempatan “nonton bareng” film-film yang diproduksi dan tentang Indonesia. Selain itu, mereka terlibat aktif dalam pembuatan kerajinan tangan khas Indonesia, misalnya gelang terdiri dari manik-manik, yang hasilnya kemudian boleh mereka bawa pulang sebagai “oleh-oleh” dari Indonesia.

Peserta Indonesia Nongkrong bermain memasukkan paku ke dalam botol (foto: courtesy).
Peserta Indonesia Nongkrong bermain memasukkan paku ke dalam botol (foto: courtesy).

Kegiatan Indonesia Nongkrong, kata Taufik, sebenarnya sudah ada dari tahun 2019, tetapi belum terlaksana dengan maksimal, terutama pada tahun 2020, karena pandemi. Penggagas program ini adalah pengajar bahasa Indonesia sebelumnya dan juga salah satu kantor di kampus yang bernama HIVE @ALTEC, yang merupakan kantor bahasa yang bekerja sama dengan berbagai unsur kampus yang membidangi bahasa-bahasa tertentu seperti bahasa Spanyol, Jepang, Korea, Itali dan Bahasa Indonesia.

Peserta Indonesia Nongkrong terbuka bagi semua mahasiswa di Universitas Colorado Boulder. Siapapun yang berminat pada Bahasa Indonesia atau ingin belajar tentang Indonesia disambut dengan tangan terbuka.

Taufik merasa optimistis peminat Bahasa Indonesia akan semakin besar. “Kalau saya optimistis kelas bahasa Indonesia nanti akan semakin banyak dan semakin dibutuhkan oleh mahasiswa di CU Boulder. Dari berbagai aspek antara lain sosiologi atau dari segi politik kalau menurut saya akan membuat bahasa Indonesia semakin diminati oleh semakin banyak mahasiswa di sini.”

Salah seorang yang berminat besar pada Bahasa Indonesia dan rajin hadir pada acara Indonesia Nongkrong adalah Caden Scates, mahasiswa jurusan hubungan internasional tahun keempat.

Caden Scates, Mahasiswa Jurusan HI, Universitas Colorado Boulder (foto: courtesy).
Caden Scates, Mahasiswa Jurusan HI, Universitas Colorado Boulder (foto: courtesy).

Caden mengaku sangat tertarik untuk belajar Bahasa Indonesia karena berbagai alasan. “Bahasa Indonesia indah sekali,” katanya.

Caden sendiri lahir di Lombok, NTB dari seorang ayah Amerika dan ibu asli Lombok. Namun, dia tidak pernah berkesempatan belajar Bahasa Indonesia karena diboyong ke Amerika sejak bayi. Belajar Bahasa Indonesia sudah lama menjadi keinginan Caden yang rindu berkunjung ke Indonesia dan ingin berkomunikasi dengan saudara-saudaranya dari pihak ibu yang tidak bisa berbahasa Inggris.

“Hai semuanya nama saya Caden Scates, biasa dipanggil Caden. Saya sedang belajar international relations (hubungan internasional). Saya mau belajar Bahasa Indonesia karena saya orang Indonesia tapi I have not been able to practice my Indonesian for a long time (saya belum bisa mempraktikkan bahasa Indonesia saya dalam waktu yang lama). Saya mau belajar bahasa Indonesia karena keluarga saya di Indonesia tidak bisa bicara Inggris, dan saya ingin bisa communicate with them (berkomunikasi dengan mereka).”

Mahasiswa yang rajin mengikuti "Indonesia Nongkrong" itu mengatakan tidak hanya bisa belajar bahasa tetapi forum itu juga memberinya kesempatan belajar tentang masyarakat, budaya, politik, ekonomi Indonesia, serta banyak hal lainnya tentang Indonesia.

Secara umum, dalam program itu, Caden mengatakan, “Ada banyak kegiatan yang berguna dan menyenangkan.”

Tarik Minat Mahasiswa Belajar Bahasa Indonesia, Universitas Colorado Adakan Program "Nongkrong"
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:07:07 0:00


Mengakhiri pembicaraannya dengan VOA, Akhmad Taufik berharap bahwa seluruh praktisi pembelajar bahasa Indonesia di seluruh belahan dunia, tidak hanya di Amerika, bisa semakin bersemangat dalam mempromosikan Indonesia dan juga bahasanya, terutama karena “itu adalah salah satu langkah kita bersama untuk memperkenalkan Indonesia dan keindahannya kepada dunia dan juga mendukung visi nasional menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa mancanegara atau bahasa internasional, bersanding dengan bahasa lain pada tahun 2045. Semoga kita semua bisa mencapai visi itu dan menjadikan itu sebagai sebuah kenyataan,” pungkasnya. [lt/uh]

XS
SM
MD
LG