Tautan-tautan Akses

Spesies Pulau Galapagos di Darwin, Dilindungi tetapi Masih Terancam


Seekor iguana laut (Amblyrhynchus cristatus) terlihat di Teluk Tortuga di Pulau Santa Cruz, bagian dari kepulauan Galapagos di Ekuador, pada 6 Maret 2024. (Foto: AFP)
Seekor iguana laut (Amblyrhynchus cristatus) terlihat di Teluk Tortuga di Pulau Santa Cruz, bagian dari kepulauan Galapagos di Ekuador, pada 6 Maret 2024. (Foto: AFP)

Perahu-perahu penangkapan ikan industri yang ditambatkan mengancam tepi Taman Nasional Laut Galapagos Ecuador, di mana kawanan ikan berwarna-warni dan hiu martil bermain-main di perairan Pasifik yang dilindungi itu.

Cagar alam ini merupakan surga bagi beragam makhluk dan tumbuhan yang hidup di perairan sekitar Kepulauan Galapagos. Di tempat itu pula lah peneliti Charles Darwin menemukan inspirasi bagi teorinya tentang seleksi alam.

Namun di luar batas-batasnya, yang tidak ditandai oleh penghalang fisik apa pun, tidak ada perlindungan di perairan lepas tempat spesies-spesies yang sama juga berada.

Stuart Banks, seorang ilmuwan kelautan senior di Yayasan Charles Darwin, menyatakan kepada AFP di atas kapal penelitian Arctic Sunrise milik Greenpeace, "Hiu, penyu, iguana, singa laut, dan ikan yang berkembang biak di Galapagos" tidak memahami batas-batas politik."

“Jadi mereka akan berpindah dari wilayah yang berbeda dan saat itulah mereka paling berisiko, khususnya untuk hal-hal seperti industri perikanan dan tangkapan tidak sengaja.”

Kura-kura Galapagos. (Foto: AP)
Kura-kura Galapagos. (Foto: AP)

Solusinya, menurut Greenpeace, adalah dengan mengamankan wilayah lautan yang lebih luas. Caranya dengan menciptakan kawasan perlindungan laut pertama di laut lepas yang berbatasan dengan Cagar Alam Laut Galapagos.

Namun agar hal ini bisa terwujud, setidaknya 60 negara harus meratifikasi Perjanjian Laut Lepas yang diadopsi oleh negara-negara anggota PBB pada Juni lalu. Hanya dua yang telah melakukannya hingga saat ini.

Seperti Puzzle

AFP mendampingi misi ilmiah Arctic Sunrise ke area ini pada bulan ini untuk menyelidiki ancaman yang ditimbulkan terhadap Cagar Laut Galapagos. Greenpeace menggambarkan ekspedisi tersebut sebagai "mungkin proyek konservasi terbaik yang dilakukan di lautan."

Cagar alam seluas hampir 200.000 kilometer persegi tersebut merupakan salah satu cagar alam terbesar dan paling beragam di dunia dengan lebih dari 3.000 spesies, banyak di antaranya tidak ditemukan di tempat lain.

Ahli biologi Paola Sangolqui menjelaskan bahwa dia sedang menguji sampel air untuk menganalisis "spesies laut mana yang pernah ada di kawasan ini dan meninggalkan semacam jejak DNA."

Sementara itu, Daniel Armijos bertanggung jawab atas pemantauan video bawah air mengenai jumlah dan prevalensi ikan.

“Ini seperti menyusun sebuah teka-teki besar karena semuanya terintegrasi dalam beberapa cara,” jelas Banks.

“Dan jika Anda ingin memprioritaskan wilayah yang paling penting untuk mulai bekerja, untuk mengetahui di mana koridor tersebut berada (di mana spesies bermigrasi), Anda perlu menggunakan genetika sehingga Anda dapat mulai melihat bagaimana populasi tertentu terhubung dari satu wilayah ke wilayah lain."

Sebuah perahu mendekati Canal del Amor di Pulau Santa Cruz, setelah Ekuador mengumumkan perluasan cagar alam laut seluas 198.000 kilometer persegi di Kepulauan Galapagos, Ekuador, 16 Januari 2022. (Foto: REUTERS/Santiago Arcos)
Sebuah perahu mendekati Canal del Amor di Pulau Santa Cruz, setelah Ekuador mengumumkan perluasan cagar alam laut seluas 198.000 kilometer persegi di Kepulauan Galapagos, Ekuador, 16 Januari 2022. (Foto: REUTERS/Santiago Arcos)

Surga Hiu Martil

Menurut pemimpin ekspedisi, Sophie Cooke, dari kapal Arctic Sunrise, para ilmuwan juga menurunkan robot ke terumbu karang untuk menjelajah, yang merupakan tempat mencari makan dan berkembang biak bagi banyak ikan. Cooke menyatakan bahwa dia sangat terkesan dengan "keanekaragaman kehidupan laut yang luar biasa" di taman nasional tersebut.

Pegawai taman nasional laut Eduardo Espinoza, yang bertanggung jawab atas pemantauan sehari-hari, mengatakan kepada AFP bahwa kepulauan tersebut adalah suaka langka bagi hiu martil, yang siripnya merupakan makanan lezat di beberapa negara Asia.

Espinoza mengatakan bahwa hiu martil memiliki risiko tinggi atas aksi "penangkapan berlebihan dan penangkapan ikan ilegal," sambil memperbaiki label identifikasi pada spesimen muda.

“Di Galapagos, hiu martil selalu melimpah. Mereka berlindung di sini untuk berkembang biak, dari mana mereka berpindah ke seluruh Pasifik,” tambahnya.

Burung pelikan mengapung di Teluk Puerto Ayora, Galapagos, 7 Januari 2009. (Foto: AP)
Burung pelikan mengapung di Teluk Puerto Ayora, Galapagos, 7 Januari 2009. (Foto: AP)

Spesies Gratis

Cooke menyatakan bahwa Galapagos merupakan tempat singgah migrasi penting bagi banyak spesies. Hal itu lah yang membuat "mengapa kita perlu menghubungkan semua area perlindungan laut yang berbeda ini dan melindungi cagarannya: agar rute migrasi spesies-spesies ini dapat tetap aman."

Kepulauan Galapagos ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia Alam UNESCO.

Alasan lain untuk melindungi kawasan ini adalah daya tarik puluhan ribu pengunjung setiap tahunnya, seperti penyelam Amerika Ryan Doyle, 24 tahun.

“Dibandingkan dengan Florida, tempat saya juga menyelam untuk rekreasi, ada begitu banyak kehidupan di sini,” kata Doyle kepada AFP. “Ada begitu banyak hiu dan semuanya terlihat sangat sehat. Jadi Anda bisa seperti melihat konservasi” di tempat kerja.

Instruktur menyelam Anthony Gavilanes, 30 tahun, mengatakan penduduk lokal seperti dirinya saat ini lebih banyak “hidup dari pariwisata” dibandingkan memancing, seperti sebelumnya.

“Bagi kami, spesies yang berenang bebas di air lebih berharga daripada di piring yang disajikan di meja,” tukasnya. [ah/ft]

Forum

XS
SM
MD
LG