Tautan-tautan Akses

Sekjen PBB: Tak Banyak Waktu untuk Cegah Krisis Iklim


Sekjen PBB Antonio Guterres berbicara dalam Sidang Majelis Umum PBB ke-78 di New York.
Sekjen PBB Antonio Guterres berbicara dalam Sidang Majelis Umum PBB ke-78 di New York.

Pada pertemuan puncak para pemimpin dunia tentang perubahan iklim, Rabu (20/9), Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa tak banyak waktu tersisa untuk mencegah bencana lingkungan.

“Kita harus menebus waktu yang hilang karena malas, tidak peduli, dan keserakahan dari kepentingan-kepentingan yang telah mengakar dan meraup miliaran dolar dari bahan bakar fosil,” kata Guterres kepada para pemimpin dunia pada awal simposium Sidang Umum di markas besar PBB di New York.

Setelah pidato pembukaan Guterres, para kepala negara yang mewakili 34 negara akan berbicara tentang pentingnya keberlanjutan, termasuk Brazil, Pakistan, Afrika Selatan, Kanada, Uni Eropa dan Tuvalu, negara kepulauan Polinesia yang terancam kenaikan permukaan laut. Presiden Brazil Luis Inacio “Lula” da Silva tidak akan ikut karena sakit. Sebagai gantinya, Menteri Lingkungan Hidup Brasil diperkirakan akan berbicara.

Sidang Majelis Umum PBB Soroti Dampak Perang dan Perubahan Iklim
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:09 0:00

Dua negara dengan perekonomian terbesar yang merupakan penghasil polusi terbesar – Amerika dan China – tidak masuk daftar pembicara. Hanya negara-negara yang berencana meningkatkan janji untuk mengurangi emisi yang diundang berbicara. Utusan Khusus Amerika untuk Perubahan Iklim John Kerry juga hadir.

Guterres mengatakan peralihan dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan sedang berlangsung, tetapi kemajuannya terlambat puluhan tahun. Dampak terberat perubahan iklim, kata Guterres, dialami negara-negara berkembang, namun negara-negara maju yang paling patut disalahkan.

Ia optimistis bahwa pertemuan puncak iklim akan membantu meyakinkan sebagian negara terkaya dan perusahaan-perusahaan untuk memenuhi target emisi nol bersih PBB di seluruh dunia pada 2050. Sekjen PBB berharap negara-negara kuat dunia akan mengambil tindakan drastis dan berinvestasi lebih banyak dalam masa depan energi terbarukan.

Sebuah laporan PBB yang dirilis awal bulan ini mencatat bahwa suhu global akan naik 1,5 derajat Celcius di atas rata-rata praindustri dalam dekade berikutnya, kenaikan yang diakui secara luas sebagai titik kritis dalam upaya mengatasi perubahan iklim. [ka/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG