Tautan-tautan Akses

Remaja AS yang Ditahan karena Rakit Jam Pindah ke Qatar


Ahmed Mohamed (tengah), remaja Texas yang ditahan karena diduga merakit bom, menghadiri Malam Astronomi di Gedung Putih (19/10). (AP/Susan Walsh)
Ahmed Mohamed (tengah), remaja Texas yang ditahan karena diduga merakit bom, menghadiri Malam Astronomi di Gedung Putih (19/10). (AP/Susan Walsh)

Ahmed Mohamed dan keluarganya akan pindah ke Qatar, menerima tawaran beasiswa penuh untuk pendidikan menengah dan S1 dari sebuah yayasan di sana.

Seorang remaja pria Muslim berusia 14 tahun yang ditahan setelah jam dinding buatannya yang ia bawa ke sekolah diduga bom rakitan, akan pindah bersama keluarganya dari AS ke Timur Tengah agar ia bisa bersekolah di sana, menurut keluarganya, Selasa (20/10).

Keluarga Ahmed Mohamed mengeluarkan pernyataan bahwa mereka telah menerima tawaran sebuah yayasan yang menawarkan akan membayar pendidikan sekolah menengah dan universitasnya di Doha, Qatar. Ia baru-baru ini mengunjungi negara itu sebagai bagian dari bulan sibuk yang termasuk kunjungan ke Gedung Putih hari Senin dan ke Gedung Kongres hari Selasa.

"Kami akan pindah ke tempat di mana anak-anak saya bisa belajar dan semuanya diterima oleh negara tersebut," ujar ayah Ahmed, Mohamed Elhassan Mohamed, dalam acara The Dallas Morning News sebelum naik ke pesawat dari Washington untuk kembali ke rumahnya di Texas, Selasa.

Pernyataan itu mengatakan bahwa keluarga tersebut "kewalahan dengan banyaknya dukungan" sejak penahanan Ahmed tanggal 14 September di sekolahnya di Irving, pinggiran kota Dallas. Keluarga tersebut mengatakan telah menerima tawaran dari Yayasan Qataru untuk Pengembangan Pendidikan, Sains dan Komunitas, untuk bergabung dengan Program Inovator Muda.

Ahmed, yang bersama keluarganya akan pindah ke Qatar, menerima beasiswa penuh untuk pendidikan menengah dan S1. Ia mengatakan terkesan dengan program tersebut dan merasa ia akan "banyak belajar dan bersenang-senang juga."

Ahmed membawa jam dinding buatannya ke sekolah untuk menunjukkannya kepada seorang guru, namun guru yang lain mengira itu bom. Pihak sekolah kemudian menghubungi polisi, yang memborgol remaja itu dan membawanya ke tahanan. Sekolah menskorsnya selama tiga hari.

Polisi kemudian tidak mendakwa Ahmed memiliki bom palsu, dan kepala polisi mengatakan tidak ada bukti remaja itu berniat buruk. Orangtuanya kemudian menariknya dari sekolah itu.

Namun dalam beberapa minggu terakhir, remaja itu telah bepergian ke beberapa negara. Awal minggu ini ia mengatakan telah mengunjungi Google dan Facebook, serta beberapa perusahaan dan lembaga lainnya. Ia juga mengunjungi Presiden Sudan, Omar al-Bashir, yang memancing kecaman karena al-Bashir dicari oleh Mahkamah Kriminal Internasional atas dakwaan genosida dan kejahatan perang terkait perang di Darfur. Ayah Ahmed adalah imigran Sudan ke AS dan mantan kandidat presiden di Sudan yang maju melawan al-Bashir.

Sebelum menghadiri "Malam Astronomi" di Gedung Putih hari Senin, dimana ia berbincang singkat dengan Presiden Barack Obama, Ahmed mengatakan ia bersyukur. Ia mengatakan, pelajaran dari pengalamannya adalah, "Jangan nilai orang dari penampilannya. Selalu nilai mereka dari hatinya."

Hari Selasa di Gedung Capitol, Ahmed berdiri bersama legislator Mike Honda dari Partai Demokrat, yang memuji remaja itu, mengatakan bahwa Ahmed telah menggunakan pengalaman negatifnya untuk menimbulkan kesadaran publik akan penilaian rasial dan etnis.

Honda dan lebih dari dua lusin anggota Kongres lainnya mengirim surat kepada Jaksa Agung Loretta Lynch bulan lalu untuk meminta Departemen Kehakiman menyelidiki penahanan dan penangkapan Ahmed. [hd]

XS
SM
MD
LG