Deklarasi pengakuan tersebut sejalan dengan kepentingan Israel yang selama ini menyatakan Yerusalem adalah ibu kota abadi negara Zionis tersebut dan tidak dapat dibagi dua dengan Palestina. Israel telah menetapkan klaim sepihak itu melalui Hukum Dasar Yerusalem yang disahkan oleh Knesset (parlemen Israel) pada 1980.
Pernyataan kontroversial Trump ini memantik kemarahan kaum Muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sekitar 500 orang dari beragam elemen, termasuk Nahdhatul Ulama, Al-Aqsa Working Group, pada Jumat (8/12), menggelar unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Amerika di Jakarta. Demonstrasi serupa juga berlangsung di beberapa daerah.
Para demonstran itu membawa berbagai spanduk, di antaranya bertulisan "Trump is Enemy of Humanity", "Yerusalem Tak Akan Pernah jadi Ibu Kota Israel", dan "Jerusalem Remains the Capital of Palestine."
Selain bertakbir, para demonstran juga meneriakkan yel-yel "Yerusalem Hak Kami."
Pengunjuk rasa dari Nahdahtul Ulama membakar bendera Amerika dan tulisan "Fuck Trump" dengan ban bekas. Sempat terjadi saling dorong ketika polisi berupaya memadamkan api. Hampir 100 polisi berjaga-jaga tanpa persenjataan saat demonstrasi terjadi.
Direktur Al-Aqsa Group Agus Sudarmaji menjelaskan pihaknya memiliki sejumlah pernyataan sikap. Pertama, menolak rencana Trump untuk memindahkan Kedutaan Besar Amerika dari Ibu Kota Tel Aviv ke Yerusalem.
"Itu merupakan suatu pernyataan mengesahkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, padahal Yerusalem itu bukan milik Israel," ujar Agus. "Yerusalem milik internasional di bawah hukum internasional. Kedua, kita mendukung langkah diplomatis RI untuk melakukan tindakan-tindakan penolakan."
Melalui demonstrasi memprotes pernyataan kontroversial Trump tersebut, Agus berharap masyarakat Indonesia terus mengikuti perkembangan situasi di Timur Tengah. Dia juga mengharapkan Amerika mendengar penolakan yang disampaikan oleh umat Islam Indonesia.
Lebih lanjut Agus mengatakan pihaknya masih meyakini diplomasi adalah cara terbaik untuk membantu bangsa Palestina bebas dari penjajahan Israel.
Ketua Umum Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama (IPNU) Asep Irfan Mujahid menekankan pengumuman Trump soal Yerusalem melanggar kesepakatan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan melanggar hak-hak rakyat Palestina. Dia menyebutkan unjuk rasa menolak pernyataan Trump mengenai Yerusalem akan terus berlangsung di berbagai daerah.
"Kita menginginkan Donald Trump meralat kembali pernyataannya. Sikapnya itu harus ditarik kembali, dan menuntut Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk bisa mengakui kemerdekaan Palestina secara penuh, kedaulatan Palestina sebagai sebuah negara sepenuhnya," kata Asep.
Ketua Prakarsa Persahabatan Indonesia-Palestina Din Syamsuddin mengatakan Yerusalem sebaiknya tidak dikuasai oleh suatu negara.
"Yerusalem sebagai kota suci, masing-masing pemeluk agama baik Yahudi, Muslim, Kristen punya keterkaitan emosional kuat. Maka sebaiknya kota itu jangan dimonopoli oleh sebuah negara," ujar Din.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa direncanakan menggelar sidang darurat Jumat (8/12) untuk membahas pengakuan Amerika atas Yerusalem sebagai ibukota Israel. Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan Liga Arab juga akan melaksanakan pertemuan untuk membahas agenda serupa. [fw/lt]