Tautan-tautan Akses

Perjanjian Iklim Paris Picu Reaksi Partisan di AS


Presiden Obama memberikan sambutan terkait perjanjian Iklim Paris di Gedung Putih, Washington DC (12/12).
Presiden Obama memberikan sambutan terkait perjanjian Iklim Paris di Gedung Putih, Washington DC (12/12).

Perjanjian iklim global yang sepakati di Paris pekan lalu ditanggapi dengan reaksi beragam oleh para politisi di AS.

Perjanjian mengenai komitmen negara-negara untuk mengurangi emisi karbon menjadi sorotan dalam pemilihan presiden AS tahun 2016.

“Perjanjian ini berarti lebih sedikit polusi karbon yang mengancam Bumi, dan lebih banyak pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi yang didorong investasi rendah karbon,” demikian kata Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Presiden Barack Obama dengan bangga mulai meyakinkan rakyat AS mengenai perjanjian itu. “Yang penting adalah kini kita bisa lebih yakin bahwa planet ini akan lebih baik bagi generasi mendatang. Dan itu yang penting bagi saya,” lanjutnya.

Banyak anggota Kongres dari Partai Demokrat memuji perjanjian itu lewat Twitter. Namun tidak demikian halnya dengan kalangan partai Republik, yang telah menentangnya bahkan sebelum perjanjian itu disepakati.
Salah seorang diantaranya adalah Senator John Barasso.

"Presiden Obama telah berjanji untuk memangkas produksi energi AS secara dramatis. Rakyat AS menolak mengirim uang mereka bagi dana iklim PBB yang tidak jelas,” jelasnya.

Dalam sebuah pernyataan, Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell menyebut perjanjian itu “tidak mungkin dilaksanakan dan didasarkan pada rencana energi domestik yang kemungkinan besar ilegal dan bahkan telah ditolak oleh Kongres.”

Bakal calon presiden AS dari partai Republik, Donald Trump, mengatakan, “Kita ingin udara bersih, kita ingin air bersih. Kita ingin semua itu.”

Para bakal calon presiden dari partai Republik mengatakan Bumi bisa dilindungi tanpa apa yang mereka anggap sebagai agenda iklim Obama yang akan menghilangkan lapangan pekerjaan. Tetapi pemerintah tetap teguh, seperti yang dikatakan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry di stasiun TV ABC.

“Banyak anggota Kongres keliru. Saya tidak yakin ada orang bisa terpilih sebagai presiden kalau dia tidak memahami isu perubahan iklim dan tidak bertekad menjalankan rencana semacam ini,” ujar Menlu AS John Kerry.

Bakal calon presiden dari partai Demokrat, Hillary Clinton menyebut perjanjian iklim itu sebagai “langkah maju yang bersejarah,” tetapi Bernie Sanders mengatakan perjanjian itu “masih jauh dari cukup.”

“Tiada yang lebih penting daripada mewariskan planet yang sehat dan layak ditinggali kepada anak dan cucu kita,” kata Senator Bernie Sanders.

Perjanjian itu bisa dipastikan akan memicu perdebatan sengit ketika Kongres bersidang pekan ini. [vm]

XS
SM
MD
LG