Tautan-tautan Akses

Pemimpin Eropa Perdebatkan Respons terhadap Aksi Rusia di Suriah


European Leaders Debate Response to Russia’s ‘War Crimes' in Syria
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:02 0:00

Kepala-kepala negara Uni Eropa melanjutkan pertemuan puncaknya hari Jum’at di Brussels dimana serangan udara Rusia di Suriah menjadi agenda utama.

Para kepala negara-negara anggota Uni Eropa melanjutkan KTT mereka hari Jumat di Brussels, di mana respons Uni Eropa terhadap kampanye pengeboman Rusia di Suriah menjadi pokok bahasan penting. Pasukan pemerintah Suriah memulai gencatan senjata tiga hari di Aleppo hari Kamis, akan tetapi sekutunya, Rusia, menolak memperpanjang gencatan itu meskipun mendapat tekanan dari Perancis dan Jerman.

Meskipun ada gencatan senjata sementara di wilayah udara Aleppo, sedikit sekali tanda-tanda berakhirnya kampanye pengeboman yang dilancarkan oleh pasukan pemerintah Suriah dan Rusia. Eropa dan Amerika Serikat menuduh Moskow membunuh dan mencederai ribuan warga sipil, tindakan yang disebut Perancis sama dengan kejahatan perang.

Perdana Menteri Inggris Theresa May, yang tiba hari Kamis di Brussels untuk mengikuti KTT Dewan Eropa pertama kalinya, menyerukan persatuan Eropa.

“Kita harus terus bekerja sama, dan penting sekali bagi kita bekerja sama untuk terus menekan Rusia agar menghentikan kekejaman mengerikan ini, kekejaman yang memuakkan ini, di Suriah,” seru PM Inggris Theresa May.

Eropa sebelumnya telah membahas pelonggaran sanksi-sanksi terhadap Rusia terkait pengambilalihan Krimea dan Ukraina Timur. Pelonggaran tersebut sekarang dianggap sangat tidak memungkinkan lagi, kata John Lough dari lembaga kajian kebijakan Chatham House yang berbasis di London.

“Rusia membuat banyak kemajuan dalam memanfaatkan sejumlah perselisihan di Eropa terkait sanksi-sanksi itu. Presiden Vladimir Putin yang menghadapi kesempatan itu, menurut saya, kemudian melakukan sesuatu yang luar biasa di Suriah dengan terlibat dalam pengeboman Aleppo yang menimbulkan kemarahan internasional. Hal ini langsung memperkeras sikap di Eropa,” ujar John Lough.

Lough berpendapat Eropa perlu merumuskan kembali respons kebijakannya mengenai Rusia.

“Kita memerlukan dialog dalam beberapa hal yang memungkinkan. Tetapi pada waktu bersamaan, kita perlu mempertahankan sejumlah sikap tegas yang menunjukkan batas kesabaran kita. Kita harus mempertahankan nilai-nilai kita. Menurut pandangan saya kita mutlak perlu menjunjung prinsip perbatasan tidak boleh dilanggar,” imbuh Lough.

Perang saudara di Suriah termasuk di antara faktor-faktor pendorong yang menggerakkan jutaan pengungsi dan migran ke pesisir-pesisir Eropa.

Meskipun arus migran lewat Turki telah melamban, ribuan lainnya terus berdatangan setiap pekan di pesisir Italia dari Afrika Utara. Menjelang KTT di Brussels, Italia menuduh Eropa kurang solider dalam menangani krisis, dengan sejumlah justifikasi, kata Ian Bond dari Center for European Reform.

“Italia menghadapi masalah yang sama sekali bukan kesalahannya, tetapi tanggapan Uni Eropa selama ini tidak memadai. Dan ini antara lain karena ada negara-negara seperti Hungaria pada khususnya, Polandia dalam beberapa hal, yang menyatakan tidak siap ambil bagian dalam menerima pengungsi yang tiba di Italia,” ujar Ian Bond.

Di antara agenda yang padat di KTT Brussels, keluarnya Inggris dari Uni Eropa juga akan dibahas. Kedua pihak memperkeras sikap masing-masing dalam beberapa pekan belakangan ini menjelang pertemuan resmi yang diperkirakan akan dimulai tahun depan. [uh/lt]

XS
SM
MD
LG