Tautan-tautan Akses

Para Ilmuwan Kembali Gelar “March for Science” Kedua


Beberapa peserta yang berpartisipasi dalam "March for Science" kedua di Washington, DC, Sabtu (14/4).
Beberapa peserta yang berpartisipasi dalam "March for Science" kedua di Washington, DC, Sabtu (14/4).

Para peneliti yang sudah muak dengan sikap para politisi yang mengabaikan sains, hari Sabtu (14/4) kembali turun ke jalan-jalan di ibukota Washington DC dan ratusan kota lain di seluruh dunia. “March for Science” kedua ini berlangsung setelah berlangsung tahun penuh gejolak dalam isu kebijakan sains di bawah pemerintahan Trump.

Chris Zarba pensiun dari Badan Perlindungan Lingkungan EPA Februari lalu. Setelah 38 tahun bekerja di EPA, ia mengatakan pemerintahan Trump berbeda dari pemerintahan yang pernah dialaminya.

“Saya berpendapat di seluruh jajaran pemerintahan kini terjadi pengabaian sains,” kata Zarba.

Zarba tadinya mengarahkan panel ilmuwan yang memberi masukan pada EPA.

Direktur Badan Perlindungan Lingkungan EPA Scott Pruitt telah mengubah aturan yang mengatur panel itu. Ia melarang para ilmuwan menerima pendanaan dari EPA. Dalam pernyataan tertulis pada VOA, EPA mengatakan pendanaan itu dapat mengganggu obyektivitas para ilmuwan.

“Namun jika Anda mendapat hibah dari sebuah industri, hal itu diperbolehkan. Dan konsekuensinya, saat ini tidak ada yang percaya bahwa panel-panel ilmuwan itu independen,” imbuhnya.

Sementara pemerintahan Trump menghapus peraturan-peraturan lingkungan, yang olehnya dianggap menghilangkan lapangan pekerjaan, terutama yang berkaitan dengan perubahan iklim, pencemaran air, pestisida dan sebagainya, Zarba menyimpulkan bahwa kini industri punya gerak yang lebih leluasa, sementara temuan-temuan ilmiah diabaikan.

“Saya kira bidang kesehatan manusia dan lingkungan akan merasakan dampak negatifnya,” ujar Zarba.

Inilah salah satu alasan mengapa Zarba turun ke jalan hari Sabtu lalu.

Kekhawatiran akan dikesampingkannya sains juga menjadi alasan mengapa para ilmuwan turun ke jalan setahun lalu.

Salah seorang penyelenggara “March for Science” Caroline Weinberg mengatakan langkah itu merupakan awal dari sesuatu yang lebih besar.

“Ada gelombang advokasi sains yang nyata. Saya kira apa yang dilakukan ‘’March for Science’’ untuk pertama kalinya adalah membawa isu ini ke garis depan dan menjadi perhatian publik, sehingga banyak orang bersedia memobilisasi diri seputar isu yang sedemikian pentingnya,” kata Weinberg.

Menurut Weinberg, setahun sejak turun ke jalan tahun lalu, para ilmuwan tetap aktif dalam perjuangan mereka.

Para ilmuwan bumi dan luar angkasa yang menjadi anggota American Geophysical Union AGU kini menjawab seruan untuk melakukan gerakan lebih besar dibanding sebelumnya, ujar Direktur Eksekutif AGU Chris McEntee.

“Yang kita saksikan adalah para ilmuwan datang ke kami dan ingin terlibat dalam jumlah semakin besar untuk menyumbangkan suara mereka dalam memperjuangkan kebijakan lingkungan ini,” tuturnya.

Dan McEntee mengatakan mereka berhasil meraih beberapa kemenangan. Badan-badan sains misalnya, baru-baru ini mendapat kenaikan anggaran federal.

“Sudah sangat lama sekali sejak kami mendapatkan kenaikan anggaran secara signifikan,” tambah McEntee.

Meskipun banyak ilmuwan yang terkejut dengan kebijakan pemerintahan Trump, mulai soal menarik diri dari perjanjian iklim Paris hingga melonggarkan aturan polusi air, Weinberg mengatakan membela sains, bukanlah tindakan partisan.

“Isu ini menjadi partisan karena kita membiarkan pembicaraannya mengarah kesana. Melawan gejala itu menurut saya merupakan peran penting yang bisa kami tindak lanjuti,” tukas Weinberg.

Ketika para demonstran berkumpul di Washington DC dan di lebih dari 200 kota lain di seluruh dunia akhir pekan lalu, Weinberg mengatakan fakta ilmiah tidak peduli apakah Anda seorang Republikan atau Demokrat. [em/jm]

XS
SM
MD
LG