Tautan-tautan Akses

Mesir Liburkan Warga untuk Pilpres Hari Kedua


Seorang wanita memasukkan surat suaranya ke dalam kotak suara pemilu presiden Mesir yang bersejarah di sebuah TPS di Kairo (24/5).
Seorang wanita memasukkan surat suaranya ke dalam kotak suara pemilu presiden Mesir yang bersejarah di sebuah TPS di Kairo (24/5).

Pemerintah Mesir menetapkan hari Kamis (24/5) sebagai hari libur untuk memberikan kesempatan lebih banyak warganya untuk mengikuti pemilu.

Pemungutan suara dalam Pemilihan presiden bersejarah Mesir, yang mengadu calon-calon Islamis dengan sekularis yang berakar pada para pejabat masa kekuasaan mantan Presiden Hosni Mubarak, dilanjutkan hari Kamis (24/5).

Pemerintah Mesir menetapkan hari Kamis sebagai hari libur, untuk memberikan kesempatan kepada lebih banyak orang untuk memberi suara.

Para pemantau pemilu mengatakan pemungutan suara hari Rabu (23/5) sebagian besar berlangsung damai, ketika jutaan warga Mesir antri untuk memberi suara dalam pemilihan presiden. Pemilihan ini diperkirakan akan menghasilkan presiden sipil pertama yang terpilih dengan bebas setelah 60 tahun kepemimpinan militer di Negara itu.

Pemilihan ini diadakan 15 bulan setelah presiden Mubarak meletakkan jabatan ditengah-tengah protes massal.

Menjelang pemilu, hasil-hasil poll yang tidak dapat diandalkan di Mesir menunjukkan perbedaan yang besar, dimana empat dari ke-12 calon berada di peringkat teratas.

Kedua calon terkuat sekuler adalah bekas pejabat kawakan dalam rejim Mubarak – mantan perdana menteri Ahmed Shafiq dan mantan menteri luar negeri Amr Moussa.

Kontestan dari kaum Islamis utama adalah Mohamed Morsi dari Ikhwanul Muslim yang kuat dan Abdel Moneim Aboul Fotouh, seorang moderat yang program politiknya telah menghasilkan dukungan dari sebagian kaum liberal, kaum kiri dan minoritas Kristen.

Sebagai seorang mantan pemimpin Ikhwanul Muslim, Aboul Fotouh berhasil memperoleh dukungan Salafis yang ultrakonservatif di Mesir, yang calon-calonnya memenangkan 25 persen suara dalam pemilu parlemen baru-baru ini.

Meskipun Morsi memasuki kampanye ini terlambat, organisasi politik Ikhwanul Muslim yang kuat itu mendukungnya dalam pencalonan ini. Kemenangan Morsi kemungkinan akan berarti pula pengutamaan lebih kuat pada agama dalam pemerintahan Mesir.

Aboul Fotouh menyarankan Ikhwanul sebaiknya kembali ke akarnya yakni berkotbah, berbuat amal dan keluar dari politik partai.

Kedua saingan mereka, Moussa dan Shafik, berkampanye sebagai pemimpin yang berpengalaman, stabil dan memiliki kekuatan yang dibutuhkan untuk mengatasi ketiadaan hukum pasca penggulingan Mubarak, sebagai alternatif dari dominasi partai Islamis.
XS
SM
MD
LG