Tautan-tautan Akses

Mantan Presiden Iran Akbar Rafsanjani, Wafat


Mantan Presiden Iran Akbar Hashemi Rafsanjani, tengah. (Foto: dok.)
Mantan Presiden Iran Akbar Hashemi Rafsanjani, tengah. (Foto: dok.)

Mantan presiden Iran Akbar Hashemi Rafsanjani, politikus yang cerdik dan milyuner yang bisa tetap berada di lingkaran penguasa berpengaruh meski berpandangan moderat, wafat pada usia 82 tahun, Minggu (8/1).

Media Iran melaporkan Rafsanjani menderita serangan jantung dan dirawat di rumah sakit di bagian utara Teheran, di mana dokter memberinya bantuan pernafasan (CPR) selama 1,5 jam sebelum menyatakannya meninggal dunia.

Suara seorang pembaca berita terdengar lirih ketika ia membacakan berita kematian Rafsanjani. Ia mengatakan “setelah melakukan upaya tanpa kenal lelah demi Islam dan revolusi, Rafsanjani telah berangkat ke surga”.

Campuran kecerdikan dan reputasinya membuat langkah-langkah yang tidak diperkirakan sebelumnya, baik dalam dunia politik maupun bisnis, membuatnya dijuluki sebagai Akbar Shah atau Raja Agung semasa hidupnya, menyentuh hampir semua peristiwa utama di Iran sejak sebelum Revolusi Islam tahun 1979.

Kehadirannya secara langsung maupun di belakang layar, dirasakan dalam banyak peristiwa. Ia adalah pemimpin yang tangguh pasca tergulingnya Shah Iran, pemimpin yang didukung Amerika. Rafsanjani juga dikenal sebagai politikus veteran dalam kancah pertarungan politik di dalam negeri dan intrik operasi rahasia seperti perjanjian pembelian senjata api Iran-Contra pada tahun 1980an.

Ia juga merasakan kebangkitan politik tidak terduga beberapa tahun kemudian.

Kemenangan Hassan Rouhani, sahabat politik Rafsanjani pada pemilu 2013, memberi mantan presiden itu peran dalam lingkaran dalam kekuasaan yang reformis, termasuk dorongan Rouhani untuk melakukan perundingan nuklir langsung dengan Amerika. Negara-negara adidaya dan Iran sebelumnya terbentur pada perjanjian untuk membatasi pengayaan nuklir Iran sebagai imbalan dicabutnya sejumlah sanksi ekonomi.

Meskipun Rafsanjani dilarang mengikuti pemilu tahun 2013 oleh tim pengawas pemilu, mungkin karena khawatir dengan semakin meningkatnya pengaruh luas dirinya, mantan pemimpin itu ikut mengambil manfaat dengan keberhasilan Rouhani.

“Kini saya bisa meninggal dengan tenang karena warga Iran sudah mampu menentukan nasibnya sendiri,” ujar Rafsanjani Maret lalu.

Rafsanjani adalah pembantu dekat Ayatollah Ruhollah Khomeini dan menjabat sebagai presiden dari tahun 1989 sampai1997 ketika terjadi perubahan signifikan di Iran. Ketika itu Iran berjuang membangun kembali perekonomiannya setelah perang yang menghancurkan dengan Irak pada tahun 1980-1988, sambil memberi keterbukaan pada warga secara sangat hati-hati.

Rafsanjani dilahirkan tahun 1934 di desa Bahraman di bagian barat daya Rafsanjan. Ayahnya adalah seorang petani kacang pistachio yang juga berbisnis dan kemudian berkembang menjadi perusahaan besar.

Rafsanjani sempat dipenjara selama beberapa tahun di bawah pemerintahan Shah Iran, dan kemudian membantu mendirikan jaringan mullahs yang menjadi gerakan revolusioner bawah tanah Khomeini. Tahun 1965 ia dikenal karena menyediakan senjata api untuk pembunuhan perdana menteri Iran Hassan Ali Mansoor.

Beberapa bulan setelah revolusi itu, Rafsanjani ditembak satu kali di bagian perut oleh salah satu kelompok yang ingin mengambilalih kekuasaan di tengah pergolakan politik yang sedang berlangsung. Ia hanya mengalami luka ringan, demikian pula istrinya yang melindunginya dari serangan itu.

“Orang besar dalam sejarah tidak mati,” ujar Khomeini ketika mengumumkan bahwa Rafsanjani selamat dalam percobaan pembunuhan itu.

Rafsanjani, yang menjabat presiden sejak 1989 hingga 1997, saat ini menjabat sebagai kepala Dewan Kebijaksanaan, badan yang memberikan masukan kepada Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei. Rafsanjani meninggalkan seorang istri, Effat Marashi dan lima anak. ​ [dw][dw,em/isa]

XS
SM
MD
LG