Tautan-tautan Akses

Lawatan Trump Isyaratkan Perubahan Besar Kebijakan di Timur Tengah


Presiden AS Donald Trump menerima Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan di Gedung Putih, Senin (15/5). Kebijakan luar negeri mengisyaratkan perubahan besar kebijakan Timur Tengah dibanding pendahulunya.
Presiden AS Donald Trump menerima Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan di Gedung Putih, Senin (15/5). Kebijakan luar negeri mengisyaratkan perubahan besar kebijakan Timur Tengah dibanding pendahulunya.

Presiden Amerika Donald Trump akan segera melakukan lawatan ke luar negeri, perjalanan selama sembilan hari yang akan membawanya ke tiga negara penganut agama monoteistik dan mengisyaratkan perubahan besar kebijakan Timur Tengah dibanding pendahulunya.

“Cara paling bermanfaat untuk mengkaji strategi Presiden Trump adalah melihatnya sebagai sosok yang anti-Obama,” ujar Roberth Satloff, direktur eksekutif Washington Institute for Near East Policy. “Menyangkut soal Timur Tengah, ia secara definitif mengubah kebijakan luar negeri Amerika dari era Barack Obama ke era Donald Trump.”

“Obama berusaha keras untuk berbicara langsung dengan masyarakat,” ujar Satloff. “Perjalanan pertamanya ke Timur Tengah tidak saja mencakup pidato di beberapa majelis nasional dan parlemen, tetapi juga di universitas, di mana ia berbicara tidak hanya dengan para pemimpin negara. Ia ingin menciptakan keseimbangan baru di dunia Arab, yang ditandai dengan bicara langsung kepada rakyat, dan bukan hanya para pemimpinnya saja.”

“Trump ingin mengubah semuanya,” ujar Satloff.

Trump pertama kali akan melawat ke Arab Saudi, di mana terdapat masjid-masjid paling suci dalam agama Islam. Ia akan disambut Raja Salman yang telah membentuk komite penyambut yang terdiri dari 20 kepala negara yang mewakili sebagian besar dari warga Muslim-Sunni dunia yang berjumlah 1,5 miliar pemeluk.

Penasihat-penasihat Trump melihat lawatan ke Arab Saudi ini sebagai kesempatan untuk memulihkan citra presiden dengan warga Muslim setelah kampanye pemilu yang ditandai dengan retorika yang oleh banyak warga Muslim dipandang sebagai “Islamophobia”, terlebih setelah Trump mengumumkan larangan masuk sementara bagi pengungsi Muslim dan visa bagi warga dari enam negara mayoritas berpenduduk terbesar di dunia.

Sebelum ia melakukan lawatan kepresidenan pertama di luar Amerika, Trump akan menyambut beberapa pemimpin otoriter Muslim, termasuk Presiden Mesir Abdel Fatah El-Sissi dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Tetapi kesan bahwa Trump akan disambut hangat oleh perwakilan raja, emir dan presiden negara-negara Muslim-Suni itu berpotensi menguntungkan presiden Amerika yang sedang terbelit oleh banyak masalah domestik itu.

Ketika memberi penjelasan singkat pada wartawan seputar perjalanan itu, Penasihat Keamanan Nasional McMaster mengatakan Trump akan menyampaikan pesan kepada para pemimpin Sunni tentang perlunya menghadapi kelompok Islam radikal, yang disebut oleh McMaster sebagai “ideologi yang menggunakan interpretasi agama yang menyimpang untuk membenarkan kejahatan terhadap semua umat manusia.”

“Trump akan mendorong mitra-mitra kita di Arab dan negara-negara Muslim untuk mengambil langkah baru yang berani untuk mendorong perdamaian dan menghadapi kelompok radikal – mulai dari ISIS hingga Al Qaida, dari rezim Iran hingga Assad – yang menggunakan kekerasan dan kekacauan untuk menimbulkan penderitaan di seluruh dunia Muslim dan sekitarnya,” ujar McMaster.

Pesan itu tampaknya akan disambut para pemimpin Muslim-Sunni yang khawatir dengan upaya Obama untuk mendekati Iran, sebuah negara yang mereka anggap sebagai pembuat onar di kawasan itu. [em/jm]

XS
SM
MD
LG