Tautan-tautan Akses

Jatim Memastikan Indonesia Memasarkan Produk Perikanan Berkelanjutan


Nelayan mengangkut ikan hasil tangkapan dari kapal ke tempat pelelangan ikan di Lamongan (foto: VOA/Petrus Riski)
Nelayan mengangkut ikan hasil tangkapan dari kapal ke tempat pelelangan ikan di Lamongan (foto: VOA/Petrus Riski)

Kementerian Kelautan dan Perikanan , WWF Indonesia, dan pelaku bisnis perikanan tanah air sepakat untuk mendorong praktek perikanan berkelanjutan dalam upaya membantu menyelamatkan industri perikanan nasional yang sedang terancam.

Penurunan jumlah sumber daya perikanan dunia, termasuk di Indonesia, menjadi keprihatinan semua pihak, termasuk lembaga dunia yang bergerak di bidang konservasi, penelitian dan restorasi lingkungan WWF.

Data lembaga pangan dunia FAO tahun 2010 menyebutkan, 53 persen sumber daya ikan telah dimanfaatkan secara maksimal, 28 persen dimanfaatkan berlebih, 3 persen habis, dan sebanyak 1 persen dalam pemulihan. Perikanan tangkap maupun budidaya telah menjadi salah penyebab menyusutnya sumber daya perikanan.

Kepala Program Perikanan WWF Indonesia, Imam Musthofa Zainudin mengatakan, pihaknya bersama pemerintah dan pelaku bisnis perikanan sedang mendorong terlaksananya praktek perikanan berkelanjutan. Imam Musthofa mengajak semua pelaku industri perikanan untuk mulai memperhatikan metode tangkap dan jenis ikan yang ditangkap, yang sesuai dengan prinsip perikanan berkelanjutan.

Jatim-Memastikan Indonesia Memasarkan Produk Perikanan Berkelanjutan
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:03 0:00

“Sebagai produsen tentunya harus menyediakan, memastikan bahwa ikan-ikannya ditangkap dengan alat tangkap yang benar, tidak menggunakan alat tangkap yang merusak misalkan bom, potas, terlalu banyak menangkap ikan yang kecil, yang belum dewasa, atau juga alat tangkap yang dilarang sekarang misalkan cantrang, troll, dan lain-lain. Kemudian juga yang budidaya perikanan, juga tidak lepas dari masalah ini, yaitu mereka juga harus mempraktekkan budidaya yang ramah lingkungan, misalnya tidak menggunakan zat-zat kimia yang dilarang, tidak membuka lahan di mangrove, atau pun juga di atas terumbu karang, dan lain sebagainya,” ujar Imam Musthofa.

Menjaga stok ikan dan meningkatkan mutu lingkungannya, merupakan salah satu faktor penting penerapan perikanan berkelanjutan. Menurut Hasrul Kokoh, Manager PT Samudera Eco Anugrah (SEA) Indonesia, pengecer dan pemasok pangan laut ramah lingkungan, upaya perbaikan perikanan nasional harus didukung dengan memastikan ikan-ikan yang ditangkap dan yang diperdagangkan merupakan produk dari proses yang ramah lingkungan. Tidak hanya produsen atau perusahaan yang harus terus dididik untuk mengikuti konsep perikanan perkelanjutan, nelayan dan masyarakat selaku konsumen juga perlu dididik untuk mendukung program ini.

“Kita harapkan kemudian konsumennya juga teredukasi ya, jadi tahu produk mana saja misalnya terkait dengan budidaya perikanan atau pun perikanan tangkap di laut itu yang ditangkap dengan ramah lingkungan, karena kadang konsumen juga tidak tahu, secara tidak sadar hanya mengkonsumsi saja tapi kemudian asal ikannya ini dari mana, dan ditangkap dengan cara apa,” ujar Hasrul Kokoh.

Sementara itu, Staf di Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Artati Widiarti mengatakan, produk perikanan tanah air saat ini sedang mengalami peningkatan kapasitas, pasca pemberlakuan moratorium yang diterapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Artati mengatakan, meski belum banyak masyarakat yang memahami perikanan berkelanjutan, namun pemerintah akan terus mendorong model perikanan berkelanjutan sebagai upaya ikut serta menjaga dan menyelamatkan lingkungan, terutama sumber daya laut Indonesia.

“Bagaimana kita memasarkan produk sustainable (berkelanjutan) tadi yang kompetitif, untuk sementara kan produk sustainable itu kan memang masih lebih mahal, tetapi itu sudah ada segmennya sendiri. Jadi untuk konsumen yang memang sudah peduli dengan masalah lingkungan, dia pasti rela membayar harga lebih untuk mendapatkan prosuk yang sustainable tadi, karena kalau dengan membayar lebih itu, kan dia juga ikut menyelamatkan lingkungan,” ujar Artati Widiarti. [pr/ab]

XS
SM
MD
LG