Tautan-tautan Akses

Intrik Baru dalam Penyelidikan tentang Intervensi Rusia dalam Pilpres 2016 


Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Gedung Putih, Washington, D.C. 27 Juli 2018. (Foto: dok).
Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Gedung Putih, Washington, D.C. 27 Juli 2018. (Foto: dok).

Intrik di sekitar penyelidikan Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengenai keterlibatan Rusia dalam pemilihan presiden 2016 kembali mencuat. Berbagai laporan menyebutkan, mantan pengacara Presiden Donald Trump mengklaim bahwa Trump telah tahu sebelumnya mengenai pertemuan staf senior kampanye dan beberapa anggota keluarga dekatnya dengan orang-orang Rusia yang menjanjikan materi yang merugikan kandidat presiden dari partai Demokrat ketika itu, Hillary Clinton. Berikut laporan wartawan VOA Michael Bowman selengkapnya.

Michael Cohen, yang selama bertahun-tahun dikenal sebagai pengacara yang menyelesaikan masalah hukum Donald Trump, menjadi berita utama sewaktu muncul kabar bahwa ia diam-diam merekam pembicaraannya dengan Trump mengenai pembayaran untuk seorang mantan model majalah Playboy.

Menurut berbagai berita media, Cohen, yang sekarang bekerjasama dengan para penyelidik federal, telah mengeluarkan tuduhan yang mengejutkan. Menurutnya, Trump, ketika masih menjadi kandidat presiden, telah tahu sebelumnya bahwa putra sulungnya, menantu, dan manajer kampanyenya bertemu di Trump Tower di New York, dengan agen-agen Rusia untuk mendapatkan informasi negatif mengenai pesaingnya ketika itu, Hillary Clinton.

Intrik Baru dalam Penyelidikan tentang Intervensi Rusia dalam Pilpres 2016
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:34 0:00

Tuduhan itu belum dikukuhkan dan Trump telah lama membantah mengetahui tentang pertemuan tersebut. Tim kuasa hukum Trump bersikap ofensif terhadap Cohen.

Pengacara Trump, Rudy Guiliani, dalam acara televisi ABC News berbicara mengenai Cohen sebagai berikut. “Saya tidak tahu apa yang terjadi padanya, beberapa bulan silam ia tidak mengatakan semua kebohongan ini, saya tidak tahu ia adalah pengacara yang merekam kliennya secara diam-diam.”

Presiden Trump juga berkomentar, dengan menulis cuitan, “Saya TIDAK tahu mengenai pertemuan dengan putra saya, Don jr. Bagi saya sepertinya ada seseorang yang berusaha membuat-buat cerita agar ia keluar dari keruwetan yang tidak ada kaitannya.”

Sementara Robert Mueller, Penyidik Khusus dalam penyelidikan mengenai campur tangan Rusia itu bungkam mengenai arah investigasinya, yang lainnya berupaya menghubung-hubungkan berbagai fakta. Anggota senior partai Demokrat di Komite Intelijen DPR Amerika Adam Schiff menulis cuitan, “Apabila Trump tahu mengenai pertemuan 9 Juni, inilah kronologinya: Pihak Rusia menawarkan bantuan untuk Trump. Trump setuju mendapat bantuan Rusia. Rusia menyampaikan bantuan. Trump mendiktekan pernyataan palsu mengenai tujuan pertemuan yang sesungguhnya. Trump menutup-nutupi perannya sendiri.”

Seorang anggota fraksi Republik di Komite Intelijen Senat mengatakan fokus media berita mengenai masa lalu Trump mengalihkan perhatian Amerika dari ancaman bahaya sekarang ini.

Anggota tersebut, James Lankford dalam acara televisi ABC This Week mengemukakan, “Kita juga harus sangat waspada bahwa pihak Rusia sedang berupaya campur tangan dalam pemilu kita dengan berbagai cara, untuk mengumpulkan informasi agar kemudian dapat menggunakannya untuk melawan demokrasi kita. Ini perlu dikenai sanksi-sanksi, itu memerlukan tanggapan segera dari pemerintah kita.”

Investigasi penyidik khusus telah menghasilkan sejumlah dakwaan terhadap beberapa mantan orang kepercayaan Trump. Beberapa lainnya yang pernah dekat dengan presiden, seperti Michael Cohen, diduga akan bekerja sama dengan jaksa federal yang sedang menyelidiki transaksi bisnis dan aktivitas Trump. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG