Tautan-tautan Akses

Iklan PRT Hong Kong Picu Kemarahan Publik


Para pekerja domestik dan pendukungnya dalam sebuah protes melawan kekejaman terhap pembantu rumah tangga di Hong Kong. (Foto: Dok)
Para pekerja domestik dan pendukungnya dalam sebuah protes melawan kekejaman terhap pembantu rumah tangga di Hong Kong. (Foto: Dok)

Iklan asuransi pekerja domestik untuk Hong Leong Bank dari Malaysia memicu kemarahan di Hong Kong karena kontennya yang rasialis.

Iklan perusahaan asuransi yang rasialis yang memperlihatkan aktor China sebagai pembantu rumah tangga (PRT) Filipina telah memicu kemarahan di media sosial di Hong Kong, membuat kelompok-kelompok yang mewakili asisten domestik di kota itu menuntut permintaan maaf.

Ditujukan pada para majikan dari 300.000 PRT, yang sebagian besar berasal dari Filipina dan Indonesia, iklan asuransi pekerja domestik untuk Hong Leong Bank dari Malaysia menunjukkan aktor China tersebut memakai rias wajah oranye gelap dan wig ikal sementara ia berperan sebagai PRT ceroboh bernama "Maria."

Hong Leong tidak segera merespon pada permintaan atas komentar, namun bank itu tampak sudah menghapus tautan untuk iklan tersebut dari lamannya, Rabu (18/6).

"Saya kira mereka harus membuat permintaan maaf secara publik," ujar Eni Lestari, juru bicara Badan Koordinasi Pekejrja Migran Asia, yang menggambarkan iklan itu sebagai "sangat rasialis."

"Mereka membuat komedi dari seseorang, dari komunitas," ujarnya. "Untuk (warga Hong Kong) itu lucu, tapi mereka tidak sadar bahwa yang lucu itu sebenarnya rasialis."

Ia mempertanyakan mengapa bank itu tidak menyewa seseorang dari Indonesia atau Filipina untuk memainkan peran PRT tersebut.

Twitter dan Facebook dipenuhi kecaman atas iklan tersebut.

"Seharusnya kalian mencabut iklan itu dan meminta maaf. Ini sangat tidak patut untuk perwakilan profesional dari layanan finansial Anda," tulis seseorang bernama Kahlil Stultz dalam halaman Facebook bank tersebut.

"Mengapa kalian harus menekankan stereotip ras dan budaya yang menyakiti begitu banyak orang?" tambah Marcin Rutecki.

Insiden itu terjadi berminggu-minggu setelah kontroversi terpisah mengenai buku pelajaran sekolah di Hong Kong, yang menurut para pengecam telah mendorong anak-anak untuk melakukan stereotip berdasarkan ras terhadap para tetangga mereka.

Buku itu meminta anak-anak untuk memasangkan kebangsaan yang benar terhadap deskripsi pekerjaan, seperti Indonesia untuk pembantu rumah tangga, atau Jepang untuk pemilik restoran sushi.

Kasus PRT Indonesia Erwiana Sulistyaningsih, yang diduga telah menghadapi penyiksaan berbulan-bulan oleh majikannya yang merupakan warga Hong Kong, telah menyoroti kondisi-kondisi bekerja yang dihadapi oleh para pekerja domestik di pusat finansial tersebut.

Majikannya, seorang ibu beranak dua berusia 44 tahun, sedang menghadapi persidangan dan minggu lalu menyangkal semua tuntutan terhadapnya.

Amnesty International tahun lalu mengecam kondisi-kondisi "seperti perbudakan" yang dihadapi oleh sejumlah pekerja domestik di kota itu dan menuduh pihak berwenang tanpa alasan tidak melakukan tindakan. (AFP)
XS
SM
MD
LG