Tautan-tautan Akses

AS Hadapi Reaksi Keras karena Veto Resolusi Gencatan Senjata


Sejumlah warga Palestina memeriksa kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza, pada 4 Maret 2024. (Foto: AP/Fatima Shbair)
Sejumlah warga Palestina memeriksa kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan Israel di Rafah, Jalur Gaza, pada 4 Maret 2024. (Foto: AP/Fatima Shbair)

Amerika Serikat menghadapi kecaman keras karena vetonya terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera di Gaza, di mana banyak negara menjabarkan bahwa 2,2 juta warga Palestina sangat membutuhkan makanan dan anak-anak kini sekarat akibat kelaparan.

Berdasarkan resolusi Majelis Umum yang diadopsi pada tahun 2022, negara mana pun yang memveto resolusi harus menjelaskan alasannya.

Wakil Duta Besar AS Robert Wood kepada badan dunia yang beranggotakan 193 negara itu mengatakan bahwa AS tidak yakin resolusi tersebut “akan menghasilkan gencatan senjata” – dan dapat mengganggu perundingan gencatan senjata sementara yang sedang berlangsung.

Dia mengatakan AS terus melakukan perundingan mengenai usulan resolusi untuk gencatan senjata sementara, pembebasan orang yang disandera saat serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan dan mempercepat bantuan kemanusiaan ke Gaza. Usulan resolusi itu juga akan mengecam Hamas atas “serangan mengerikan” tersebut, hal yang tidak dilakukan oleh PBB.

Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, mengecam PBB karena tidak mengecam serangan serta tidak mengecam dugaan kekerasan seksual terhadap perempuan selama invasi Hamas.

Erdan menunjukkan video singkat dari para sandera yang dibebaskan, petugas pertolongan pertama, dan petugas penegak hukum.

“Saya tegaskan kembali: Setiap seruan untuk gencatan senjata hanya memberi lampu hijau kepada Hamas untuk terus memperkosa dan menganiaya para sandera,” katanya.

Riyad Mansour, duta besar Palestina untuk PBB, menuduh Israel melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan terhadap rakyat Palestina, dengan mengatakan “alasan mengapa pembersihan etnis mungkin terjadi di Palestina, mengapa apartheid mungkin terjadi di Palestina, mengapa genosida mungkin terjadi di Palestina” adalah kepastian Israel “bahwa mereka tidak akan pernah dimintai pertanggungjawaban.”

Presiden Majelis Dennis Francis, yang membuka pertemuan yang dijadwalkan akan dihadiri oleh sekitar 75 negara, menyebut situasi di Gaza, “Bencana besar! Tidak bermoral! Memalukan! [my/lt]

Forum

XS
SM
MD
LG