Puluhan ribu orang berdemonstrasi di London dan sejumlah ibukota Eropa lainnya untuk memperingati ulang tahun kedua serangan atas Irak. Kata polisi, di tengah kota London saja terdapat 45,000 orang demonstran. Ketika para demonstran itu lewat dimuka kedutaan Amerika, mereka meninggalkan sebuah peti mati berwarna hitam yang ditulisi kata-kata “100,000 orang korban tewas”. Aksi protes itu diakhiri dengan acara pidato-pidato anti-perang yang diadakan di lapangan Trafalgar. PM Tony Blair adalah sekutu penting Presiden Bush dalam perang Irak itu, dan ini mengancam masa depan politiknya, sambil Inggris bersiap-siap mengadakan pemilihan umum bulan Mei nanti. Demonstrasi anti-perang juga diadakan di Istanbul, dihadiri oleh 10,000 orang. Demonstrasi yang lebih kecil diadakan di kota-kota lain di Turki. Di Athena, ribuan orang berdemonstrasi ke kedutaan Amerika, sementara di Stockholm, para demonstran menyerukan supaya Amerika segera keluar dari Irak. Demonstrasi lainnya juga diadakan di Roma, Oslo dan Warsawa.
Sementara, kata Presiden Bush, kemenangan Amerika atas rezim Saddam Hussein di Irak telah mengilhami berbagai pembaharuan demokratis di Timur Tengah. Ini dikatakan oleh Bush dalam pidato radio mingguannya, yang sekaligus diadakan untuk memperingati ulang tahun kedua dilancarkannya serbuan atas Irak. Kata Presiden Bush, orang-orang Palestina telah menghentikan pola-pola kekerasan, dan ratusan ribu warga Libanon bangkit untuk menuntut kedaulatan dan hak-hak demokrasi. Presiden Bush juga menyebut Afghanistan, dimana kaum perempuan sekarang bisa ikut memberikan suara. Kata Presiden Bush, tergulingnya Saddam Hussein telah membebaskan rakyat Irak supaya mereka bisa menentukan masa depan sendiri. Tapi Presiden Bush sama sekali tidak menyebut tentang senjata-senjata pemusnah massal, yang tadinya digunakan sebagai alasan utama dilancarkannya perang. Ketika perang selesai tidak ditemukan adanya senjata-senjata pemusnah massal apapun.