Tautan-tautan Akses

AMERIKA GELAR SISTEM PERTAHANAN ANTI MISIL BALISTIK - 2004-08-10


Menjelang akhir tahun ini, Departemen Pertahanan Amerika akan selesai menggelar sebuah sistem untuk melindungi Amerika dari serangan misil jarak jauh yang mampu membawa senjata pemusnah masal. Ketika Presiden George W Bush mulai menduduki jabatannya tiga tahun yang lalu, ia segera menyusun sebuah rencana kontroversial bernilai milyaran dolar untuk menggelar perisai misil yang mampu mencegat kepala peluru nuklir yang ditembakkan ke Amerika.

Tanpa mendapat perhatian umum dan media, Departemen Pertahanan Amerika melaksanakan proyek menggelar sistem pertahanan yang berpangkalan di darat, laut dan udara, yang dapat menembak jatuh misil yang ditembakkan ke Amerika. Meskipun ada keraguan mengenai keefektifannya, pemerintahan Bush yakin bahwa sistem ini akan berfungsi dan menganggapnya sebagai unsur penting dalam pertahanan nasional, mengingat semakin banyaknya negara seperti Korea Utara dan Iran, yang berusaha membuat senjata nuklir.

Rick Lehner dari Badan Pertahanan Misil yang bertanggungjawab menggelar perisai misil berlapis ganda itu menjelaskan sebagai berikut: “Selama lima, sepuluh, duapuluh tahun atau lebih nanti, kita dapat harapkan bahwa misil misil serang akan jauh lebih ampuh daripada sekarang ini, jadi kita harus memastikan bahwa kita memiliki sistem untuk menangkal misil seperti itu. Sasarannya adalah menggelar sistem pertahanan anti misil jarak jauh yang operasional menjelang akhir tahun ini.”

Enam tahun yang lalu, Korea Utara mengejutkan negara negara tetangganya dan seluruh dunia dengan mengatakan, pihaknya telah melakukan ujicoba peluncuran misil jarak sedang melintasi Jepang. Tahun itu juga, sebuah komisi yang dibentuk Kongres Amerika mengkaji kerentanan Amerika terhadap serangan misil, dan menyimpulkan bahwa Korea Utara akan mampu mengembangkan misil balistik yang dapat mengancam Amerika. Komisi itu dipimpin seorang warga sipil, yang sekarang menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Donald Rumsfeld.

Pertahanan misil menjadi salah satu aspek yang paling kontroversial dalam kebijakan luar negeri pemerintahan Bush. Untuk dapat menggelar sistem ini, tahun 2002 Amerika menarik diri dari Perjanjian Anti Misil Balistik tahun 1972 dengan Uni Soviet. Para penentang, seperti Anggota DPR dari New Jersey Rush Holt, berpendapat bahwa langkah ini akan membuat musuh musuh Amerika membangun misil yang lebih canggih.

Ia mengatakan: “Ini akan menimbulkan ketidakstabilan. Musuh musuh Amerika akan berpendapat bahwa ini adalah ancaman bagi mereka, sehingga akan terjadi perlombaan senjata.”

Ada juga yang mempertanyakan apakah sistem yang belum diuji dalam pertempuran itu memang dapat melindungi Amerika dari serangan misil. Dalam ujicoba yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, hanya lima dari delapan yang dinyatakan sukses. Di antara yang gagal, ada yang misilnya tidak dapat terpisah dari roket pendorong, ada lagi yang meleset dari sasaran.

Lizabeth Gronlund adalah seorang ahli Fisika dari Union of Concerned Scientists, kelompok pengamat yang berpendapat bahwa sistem ini belum menunjukkan kemampuan menangani serangan yang menyangkut kepala peluru sungguhan dan palsu dalam jumlah banyak.

Lizabeth Gronlund mengatakan: “Dengan kata lain, saya berpendapat bahwa sistem ini dapat berfungsi menangani satu misil, kalau pihak musuh tidak berusaha untuk menyulitkan pertahanan. Ini adalah asumsi yang tidak realistis.”

Rick Lehner dari Departemen Pertahanan mengatakan, seluruh proyek masih dalam taraf ujicoba. Katanya: “Ujicoba akan terus dilakukan untuk dapat mengikuti perkembangan ancaman, untuk memastikan bahwa sistem yang digelar dapat diandalkan dan efektif terhadap semua jenis misil balistik.”

Para penentang mengemukakan bahwa serangan paling mematikan yang pernah dialami Amerika bukan berasal dari misil, tetapi oleh teroris yang berada di Amerika.

Inilah penjelasan Lizabeth Gonlund: “Ancaman paling mungkin dari teroris bagi Amerika adalah sesuatu seperti peristiwa Sebelas September. Ancaman terburuk yang datang dari teroris adalah kalau mereka memperoleh senjata nuklir, atau uranium, atau plutonium, yang kemudian digunakan untuk membuat senjata nuklir. Ada ratusan ton bahan seperti itu, terutama di Rusia dan Amerika. Bahan bahan itu tidak dijaga dengan baik. Itulah yang seharusnya kita perhatikan.”

Pembuatan dan pengujian perisai misil terus berjalan. 20 misil pencegat akan digelar di Pangkalan Angkatan Darat Fort Greely di Alaska, dan di Pangkalan Udara Vandenburg di Kalifornia, menjelang akhir tahun depan.

Adaptasi oleh Djoko Santoso

XS
SM
MD
LG