Tautan-tautan Akses

WAJAH DI BALIK SUARA: Asri Poeraatmadja - 2002-11-05


Memang tidak salah kalau dikatakan radio adalah theater of mind. Melalui suara yang dipancarkannya, radio mampu menjadikan benak para pendengar seolah-olah layar perak yang luas tanpa batas.

Dan kalau anda salah satu penggemar sandiwara radio “Catatan si Boy” atau “CaBo”, yang diudarakan oleh radio Prambors, Jakarta, di era tahun 80-an, mungkin anda pernah membayangkan wajah cantik pacar-pacar si Boy yang tergambar dari suaranya. Salah satu pemeran kekasih si Boy adalah Asri Poeraatmadja.

Suara renyah Asri sekarang bisa anda simak melalui acara Dunia Hiburan, Aneka Info dan How Do You Say That (HDYST) di program siaran pagi dan malam Voice of America, siaran bahasa Indonesia. Menjadi penyiar nampaknya akan menjadi profesi seumur hidup bagi Asri Poeraatmadja. Sejak tahun 1987, dia sudah mulai siaran di radio Prambors, Jakarta. Selain sebagai penyiar DJ, suara Asri juga menjelajah ke berbagai radio di seluruh Indonesia, melalui siaran sindikasi “Rick Dees Weekly Top 40”. Asrilah penyiar radio Prambors pertama (dan juga di Indonesia) yang menjadi co-host Rick Dees, penyiar kondang radio KIIS-FM Los Angeles.

Melalui profesinya sebagai penyiar, Asri juga berkesempatan mewawancarai beberapa musisi beken mancanegara, seperti James Ingram, Air Supply, Color Me Bad dan Kenny G. Lepas dari radio Prambors pada tahun 1995, Asri kemudian pindah siaran ke radio dengan format yang lebih dewasa, yaitu radio FeMale, Jakarta.

Sempat vakum dari depan mikrofon selama 2 tahun, dari tahun 1999 hingga tahun 2001, suara Asri kemudian muncul kembali lagi di udara. Tidak tanggung-tanggung, kali ini suaranya muncul di BorNeo Wave Channel, salah satu saluran dari radio satelit, World Space. Melalui siaran bi-lingual ini, suara Asri Poeraatmadja, mengalun tidak hanya di Indonesia, melainkan juga ke beberapa negara tetangga.

Perjalanan sebuah suara ini menjadi semakin jauh, dengan mulai bergabungnya Asri di barisan para penyiar siaran Indonesia, Voice of America, Washington DC, sejak bulan Februari 2002.

Mengapa profesi menjadi penyiar yang dipilih untuk ditekuni dengan setia oleh lulusan Komunikasi, Universitas Indonesia ini? “Soalnya pekerjaan ini menyenangkan, selain itu saya memang senang musik dan ngobrol kali ya?” demikian jawab Asri yang sering juga dipanggil Teteh oleh beberapa rekan kerjanya.

Mungkin pada dasarnya Asri memang sangat menikmati profesi sebagai penyiar. Tidak heran apabila menurutnya, penyiar adalah profesi tanpa beban, berbeda dengan pekerjaan lain yang sering membebani dengan berbagai macam tuntutan. Tanpa beban, bukan berarti Asri bekerja seenaknya.

Sondang Sirait, salah satu rekan penyiar yang sering bekerja sama dengan Asri di acara HDYST, sempat berkata begini: “Asri itu orangnya asyik. Kerja bareng dia kompak, dan orangnya profesional banget”. “She is a good communicator, good team player”, tambah Alexa Hergessel, juga rekan kerja Asri di HDYST.

Asri Poeraatmadja sangat yakin dengan pilihannya menjadi penyiar, karena menurutnya, profesi ini tidak mengenal usia. Hal ini memang telah dibuktikannya, sewaktu menjadi penyiar di radio Prambors, yang notabene adalah radio kawula muda. Padahal di tahun-tahun terakhir siaran di radio tersebut, Asri sudah dikaruniai seorang anak. Sekarang inipun, bila anda menyimak suaranya, anda tidak akan pernah menyangka, kalau Asri adalah seorang ibu dari 2 orang putra berusia 11 dan 7 tahun.

Suara memang membentuk theater of mind, yang hasilnya bisa berbeda-beda di benak setiap orang. Itulah kekuatan dahsyat sebuah media bernama radio. Namun jangan khawatir, kalau anda memperhatikan foto wajah dibalik suara kali ini, memang pantas bila Asri Poeraatmadja terpilih menjadi pemeran salah satu kekasih si Boy. Benar begitu bukan pendengar?

XS
SM
MD
LG