Sebuah studi yang disponsori PBB menyatakan sebuah lapisan awan setebal tiga kilometer yang menggantung disepanjang cakrawala Asia Selatan diperkirakan merupakan penyebab dari kematian dini, kekeringan dan banjir besar diwilayah itu.
Penelitian itu menyimpulkan selain emisi dari pabrik dan mobil, polusi udara yang berasal pembakaran tungku dengan kayu dan kotoran hewan, pembakaran hutan dan pembakaran dengan teknologi rendah lainnya telah menyebabkan sebuah fenomena yang disebut – “Awan Coklat Asia”. Para peneliti mengatakan awan tersebut telah merubah pola cuaca sedemikian rupa hingga curah hujan dan banjir telah meningkat dibeberapa negara dan berkurang diwilayah lain.
Laporan itu menganjurkan agar pemerintahan lokal merubah kebiasaan lokal dengan menggunakan bahan bakar yang lebih bersih dan sumber energi lainnya dalam rangka mengusahakan pengurangan tingkat polusi diwilayah itu.