Calon presiden belum resmi dari Partai Republik di Amerika, John McCain melabrak sikap saingannya dari Partai Demokrat, Barack Obama mengenai Irak dengan mengatakan sikap Obama itu akan membawa kekalahan.
Berbicara di Denver, Colorado hari Jum’at McCain mengatakan Obama gagal dalam ujian untuk menjadi panglima tertinggi Amerika di masa depan karena sikapnya menentang penambahan pasukan Amerika di Irak tahun lalu.
McCain mengatakan Amerika waktu itu berada di pinggir kekalahan sangat berbahaya dan kekerasan berkobar tanpa dapat diatasi di Irak tatkala Amerika menghadapi pilihan menerima kekalahan atau menggelar tambahan pasukan dan mengubah strategi yang gagal. Seterusnya McCain mengatakan ia mendukung penambahan pasukan meskipun dari sudut politis tidak populer. Ia mengatakan jika Obama dibiarkan dengan sikapnya itu pasukan Amerika tentu dalam posisi mundur di bawah serangan.
McCain, veteran yang banyak berjasa dan bekas tawanan perang Vietnam, mengemukakan hal itu dalam pidatonya pada konvensi American GI Forum yaitu kelompok anggota militer yang umumnya asal atau keturunan Amerika Latin.
Sementara itu, calon presiden belum resmi dari Partai Demokrat di Amerika, Barack Obama mendesak Iran memenuhi permintaan internasional menghentikan proses memperkaya uranium.
Berbicara dalam konperensi pers bersama presiden Prancis Nicokas Sarkozy di Paris, Obama mengatakan Teheran tidak usah menunggu sampai presiden berikutnya Amerika mendesakkan isu itu sebab, menurutnya, desakan itu akan terus menguat.
Seusai pembicaraan panjang-lebar dengan Presiden Sarkozy, Obama mengatakan mereka sepakat Iran menampilkan situasi yang luar biasa gawat. Keduanya juga sepakat tentang perlunya dicapai kemenangan atas pasukan Taleban di Afghanistan dan perlunya manangani perubahan iklim.
Ditanya tentang kesannya mengenai presiden Prancis itu, Obama mengatakan Sarkozy memperlihatkan bahwa Barat dalam posisi terbaik apabila menawarkan kesempatan kepada semua. Ia menambahkan bahwa ayah Sarkozy sebagaimana ayahnya sendiri adalah orang asing.
Obama selanjutnya terbang ke Inggris untuk menemui Perdana Menteri Gordon Brown.
