Tautan-tautan Akses

Aktivis Lingkungan Serukan Perubahan Kebijakan Energi AS


Cemas karena harga minyak yang membumbung tinggi, sekelompok mantan pejabat keamanan nasional Amerika bergabung dengan para aktivis lingkungan untuk mencoba mengubah kebijakan energi Amerika.

Selama bertahun-tahun, seruan para aktivis lingkungan
untuk mengembangkan bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dibanding minyak dan gas sering tidak diperdulikan.

Namun, dalam bulan-bulan terakhir, ketika harga minyak meningkat, seruan itu mendapatkan momentum baru manakala sejumlah pakar kebijakan pertahanan yang konservatif bergabung dengan para aktivis lingkungan menyerukan agar pemerintah Amerika mengurangi penggunaan minyak Amerika hingga setengahnya pada tahun 2005. Bukan persoalan pemanasan global dan polusi yang mencemaskan para
pejabat keamanan nasional ini, melainkan masalah perang dan perdamaian.

Robert McFarlane, Penasehat Keamanan Nasional mantan Presiden Ronald Reagan, mencemaskan, perang di Timur Tengah atau ancaman teroris untuk meledakkan pipa
saluran di Arab Saudi dapat mengacaukan aliran minyak. Tahun-tahun sebelumnya, katanya, kita tidak menghadapi ancaman teroris seperti sekarang.

McFarlane adalah salah satu dari dua puluh pakar keamanan nasional yang baru-baru ini mengirim sepucuk surat ke presiden Amerika George W. Bush yang
menyerukan langkah segera untuk menghentikan ketergantungan pada minyak. Dalam banyak hal, seruan itu sejalan dengan rancangan energi presiden Amerika sendiri, yang kini mengalami kebuntuan di Kongres.

Mengingat dua pertiga minyak negara digunakan untuk transportasi, para pakar keamanan nasional yang mendukung inisiatif baru itu mengusulkan penggunanan
lebih lusa mobil-mobil listrik hibrida dan mendukung kendaraan yang dijalankan dengan bahan bakar etanol yang dibuat dari limbah pertanian.

Serangan terhadap pipa saluran minyak Irak menunjukan kerapuhan infrastruktur minyak dunia. Para pakar keamanan seperti Anne Korin, Direktur kelompok “Set
America Free” yang mendukung usaha gabungan itu, meyakini sebuah serangan besar tidak akan terelakkan.

Anne Korin mengatakan: “Kalau kita lihat Arab Saudi, Amerika memiliki beberapa fasilitas besar yang jika diserang akan mengurangi suplai pasar secara berarti
dan bisa menimbulkan akibat yang sangat menyusahkan terhadap harga minyak.”

Para pakar keamanan nasional mengatakan, dengan mengimpor minyak berarti Amerika mengalirkan dana ke negara-negara yang diyakini mendanai teroris. Padahal, pada saat bersamaan Amerika menggalang dana miliaran dolar untuk memerangi teroris. Para analis mengatakan, para konsumen Amerika membayar kedua belah pihak dalam perang melawan terorisme.

Bracken Hendrics, dan Direktur Eksekutif Apollo Alliance, organisasi yang bekerja untuk merombak kebijakan energi negara, meyakini, ini alasan yang kuat untuk mengurangi ketergantungan Amerika terhadap minyak. Ia mengatakan, menanamkan dana miliaran dolar demi ketidaktergantungan pada bahan bakar negara lain
merupakan strategi jangka panjang yang lebih baik.

Di dunia, Amerika bukan satu-satunya negara yang bersaing memperebutkan sumber minyak dunia. Cina dan India juga merupakan konsumen minyak besar saat ini.
Anne Korin mengatakan, kehausan akan minyak yang kian berkembang pesat akan mengontrol keputusan-keputusan kebijakan luar negeri mereka. Kata Korin: “Kita lihat
negara-negara ini – khususnya Cina – yang membangun hubungan sangat kuat dengan negara-negara yang sering berbenturan dengan Amerika – seperti Iran atau Sudan. Ini memiliki implikasi kebijakan luar negeri terhadap Amerika.”

Terlepas dari kenyataan ini, konsumen di Amerika terus membeli kendaraan-kendaraan besar yang membutuhkan banyak bahan bakar. Meski makin populer,
jumlah mobil hibrida yang merayap di jalan-jalan Amerika jumlahnya masih sedikit. ***

XS
SM
MD
LG