Tautan-tautan Akses

Maladewa Jauhi India, Mendekat ke China


Presiden China Xi Jinping dan Presiden Maladewa Mohamed Muizzu menghadiri upacara penyambutan di Aula Besar Rakyat di Beijing, China, 10 Januari 2024. (Foto: cnsphoto via REUTERS)
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Maladewa Mohamed Muizzu menghadiri upacara penyambutan di Aula Besar Rakyat di Beijing, China, 10 Januari 2024. (Foto: cnsphoto via REUTERS)

Kemenangan besar Kongres Nasional Rakyat, partai pimpinan Presiden Maladewa Mohamed Muizzu, dalam pemilu parlemen terakhir, dilihat sebagai dukungan kuat bagi kebijakannya, sejak dia berkuasa enam bulan lalu, untuk mendekatkan hubungan negara itu dengan China, dan mengurangi ketergantungan mereka ke negara tetangga, India.

Memenangkan tiga perempat kursi termasuk untuk para sekutunya, kebijakan ini bisa dengan cepat memundurkan upaya India membatasi pengaruh China di kawasan Samudera India, menurut para analis di New Delhi. Pemilu pada 21 April memberikan lebih dari 70 kursi bagi partai pimpinan Muizzu dan aliansinya, di parlemen dengan 93 kursi.

“Jelas akan ada sejumlah kekhawatiran di India, bahwa karena kini ada kekuasaan satu partai di Maladewa, akan ada momentum bagi kebijakan Presiden Muizzu yang lebih memilih China dan condong melawan India,” kata Harsh Pant, direktur studi pada Observer Research Foundation di New Delhi.

Muizzu diperkirakan akan memperkuat hubungan strategis dengan Beijing dan memacu proyek-proyek infrastruktur yang dibiayai China yang sebelumnya diblok oleh pihak oposisi yang mengontrol parlemen sebelum pemilu lalu.

Partainya telah menjanjikan peningkatan infrastruktur, termasuk apartemen, jembatan dan bandar udara baru.

“Kita akan mengucapkan selamat tinggal kepada penderitaan abadi karena ketiadaan perumahan, kekhawatiran mendesak dan sudah berlangsung lama yang membebani masyarakat Maladewa,” kata kantor Muizzu pekan lalu setelah hasil pemilu diumumkan.

Dorongan untuk proyek infrastruktur muncul bahkan setelah IMF memperingatkan bahwa Maladewa menghadapi risiko tinggi akibat persoalan utang.

China telah menancapkan jejaknya di Maladewa satu dekade lalu, di bawah pemerintahan yang pro-Beijing dan bergabung dalam Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative). Namun pengaruh China berkurang di bawah pemerintahan pendahulu Muizzu, mantan Presiden Ibrahim Mohamed Solih, yang telah mengungkap kekhawatiran terkait utang besar Maladewa ke China dan memilih membangun hubungan kuat dengan India.

Fondasi untuk memperkuat hubungan dengan Beijing dibangun dalam kunjungan Presiden Maladewa ke China pada Januari. Dia memilih melakukan kunjungan resmi luar negeri pertamanya ke China, dan bukannya ke New Delhi sebagaimana lazimnya dilakukan. Baik China maupun Maladewa menyetujui “kerja sama kemitraan komprehensif strategis."

Setelah kemenangan besar dalam pemilu parlemen oleh partai Muizzu pekan lalu, menteri luar negeri China mengatakan bahwa mereka siap untuk memperkuat kerja sama dengan Maladewa.

Negara kecil seperti Maladewa dan Sri Lanka, yang berada di rute pelayaran penting bagi perdagangan di Samudera India, menjadi fokus bagi pergumulan geopolitik antara China dan India yang bersaing. [ns/uh]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG