Tautan-tautan Akses

Pemerintah Manila Kecam Penulis ‘Da Vinci Code’


Sejumlah warga miskin di Manila yang tinggal di dalam pemakaman. (Foto: Dok)
Sejumlah warga miskin di Manila yang tinggal di dalam pemakaman. (Foto: Dok)

Pemerintah ibukota Filipina marah karena penulis Dan Brown menggambarkan Manila sebagai “gerbang neraka” dalam bukunya.

Pemerintah kota Manila pada Kamis (23/5) menyatakan kemarahannya karena penulis Dan Brown, yang populer lewat buku laris “Da Vinci Code”, menggambarkan Manila sebagai “gerbang neraka” dalam novel terbarunya.

Buku “Inferno” mengikutsertakan karakter yang menggambarkan ibukota Filipina itu sebagai kota dengan kemacetan lalu lintas yang parah, polusi yang menyesakkan, kemiskinan yang masif dan perdagangan seks anak-anak yang menjamur.

Kepala pemerintahan Manila, Francis Tolentino, mengirim surat pada Brown dan penerbit-penerbit bukunya, mengkritik “penggambaran yang tidak akurat atas metropolis kami tercinta.”

Meski buku itu karya fiksi, kutipan di laman penulis asal Amerika itu menekankan bahwa “semua referensi karya seni, literatur, sains dan sejarah dalam novel ini adalah nyata.”

“Saya lari melalui gerbang neraka,” ujar karakter dalam buku itu setelah pengalamannya di Manila.

Dalam suratnya, yang juga dilemparkan ke publik, Tolentino mengatakan ia “tidak senang” dengan penggambaran ibukota tempat tinggal lebih dari 1,65 juta orang itu.

Ia tidak menyangkal adanya perumahan kumuh dan kemiskinan yang mendalam, namun Brown dianggap mengesampingkan kepercayaan Katolik kuat dari banyak warga Manila dan “sifat baik serta belas kasih satu sama lain.”
“Tempat kami benar-benar sebuah gerbang ke surga,” tulisnya dalam surat itu.

Tolentino mengakui ini bukan konflik pertama antara Brown dan Manila. Pada 2006, dewan kota Manila melarang penayangan adaptasi film “The Da Vinci Code,” karena dianggap menghina Gereja Katolik.

Karya-karya Brown sebelumnya juga mendapat kritik di Filipina yang sebagian besar penduduknya beragama Katolik Roma, dengan para uskup menyebutnya tidak bermoral karena mengabaikan ajaran-ajaran gereja.

Namun di dunia maya, beberapa orang Filipina sepakat dengan penggambaran oleh penulis itu.

“Kelihatannya justru Tolentino yang tidak pernah menginjak Manila,” tulis seseorang di Twitter.

Bulan lalu, pemerintah mengumumkan bahwa meski ada pertumbuhan ekonomi, 27,9 persen penduduk Filipina masih hidup dalam kemiskinan, data yang praktis tidak berubah sejak 2006. (AFP)

Recommended

XS
SM
MD
LG