Lebih dari seratus pasang sepatu – mulai dari sandal terbuka hingga ke sepatu dengan tumit berduri, atau dilapisi kulit, bordir dan perhiasan yang mahal – diragakan pada pameran terbaru Historical Society di New York. Sejarawan Valerie Paley memiliki pengetahuan yang hampir setara dengan ensiklopedia tentang sepatu.
"Pada abad ke-19, garis kaki yang kelihatan dinilai sedikit terlalu erotis, mereka tidak ingin menunjukkan kaki kiri atau kaki kanan, dan karenanya kesopanan akan menentukan dari sepatu yang tidak membedakan kaki kiri dan kanan," jelasnya.
Namun sejak saat itu sepatu telah berevolusi, dikenakan sebagai pernyataan mode dan kadang-kadang demi kepraktisan dan kenyamanan. Gerakan "suffragist" atau gerakan yang mengijinkan perempuan ikut memilih dalam pemilu, membutuhkan pendekatan yang lebih masuk akal bagi sepatu yang dikenakan perempuan dalam demonstrasi memperjuangkan hak pilih mereka.
"Jadi untuk kepraktisan, ada sepatu yang berkancing yang menunjukkan pada dunia, perempuan-perempuan ini benar-benar serius," tambah Paley.
Perempuan akhirnya memenangkan hak untuk memberikan suara dalam pemilu, yang membawa era baru bagi perempuan: hak untuk berdansa, hak untuk bersenang-senang.
Paley menjelaskan, "Perempuan baru" - perempuan yang secara tiba-tiba menjadi lebih mandiri, yang dapat keluar rumah dan jalan sendiri – tanpa ditemani dan tanpa dinilai sebagai wanita malam."
Tetapi perubahan dalam dunia mode ini juga membawa era ketidak-praktisan yang baru. Tali temali, emas dan bahan berkilau menjadi mode ketika para pembuat sepatu mengubah fantasi perempuan menjadi kenyataan.
"Orang-orang tidak hanya akan melihat busana dan perhiasan di karpet merah Oscar, tetapi juga sepatu. Kehadiran sandal bernilai jutaan dolar ini membuat orang bertanya 'bagaimana dengan sepatunya?" ujarnya.
Pada tahun 2002 aktris Laura Harring tampil mencengangkan di karpet merah ketika ia mengenakan 464 berlian. Berlian itu kemudian dijual dan diganti dengan kristal Swarovski. Ketika itu sepatu telah menjadi obyek kemewahan. Tetapi juga mengisahkan hal-hal lain.
"Sepatu laki-laki ini dibuat oleh Salvatore Ferragamo, dikenakan oleh seorang pengacara pada 11 September 2001 untuk bekerja di World Trade Center. Sepatu ini menyemangatinya untuk menuruni anak tangga di 50 lantai supaya selamat, dan ia kemudian berjalan kaki di lebih dari 50 blok untuk pulang ke rumah. Ketika ia tiba di rumah, ia membuang sepatu ini," tambah Paley.
Sama seperti Ferragamo, sepatu-sepatu ini mengisahkan cerita sejarah manusia, simbol perjuangan, mimpi dan banyak jalan yang kita tempuh. [em/al]