Tautan-tautan Akses

LSM Oxfam: 10 Perusahaan Makanan Multinasional Gagal Laksanakan Kebijakan Sosial


Meski meraih nilai tinggi untuk transparansi dan pengelolaan air, Nestle juga mendapat nilai rendah karena tidak memiliki kebijakan memadai tentang lahan yang merupakan isu terpenting bagi petani miskin di negara berkembang (Foto: dok).
Meski meraih nilai tinggi untuk transparansi dan pengelolaan air, Nestle juga mendapat nilai rendah karena tidak memiliki kebijakan memadai tentang lahan yang merupakan isu terpenting bagi petani miskin di negara berkembang (Foto: dok).

Menurut penilaian Oxfam, organisasi nirlaba pengentasan kemiskinan, sepuluh perusahaan makanan multinasional dinilai telah gagal melaksanakan kebijakan sosial dan lingkungan di negara-negara berkembang.

Perusahaan Nestle meraih nilai tinggi untuk transparansi dan pengelolaan air. Unilever meraih nilai baik karena mengikutsertakan petani skala kecil dalam rantai pemasok.

Kedua perusahaan itu sama-sama memiliki nilai tertinggi. Tetapi mereka juga diberi nilai rendah.

"Karena kita harus menilainya secara keseluruhan. Misalnya, tidak satupun dari perusahaan-perusaahan itu memiliki kebijakan memadai tentang lahan. Kita tahu penyerobotan lahan merupakan isu yang semakin penting bagi petani-petani miskin di seluruh dunia dan di seluruh negara berkembang,” ujar Chris Jochnick dari Oxfam.

Hak-hak penggunaan lahan dan keadilan bagi perempuan adalah dua isu di mana semua 10 perusahaan itu meraih nilai rendah. Untuk emisi gas rumah kaca dan hak-hak pekerja. Untuk kedua katagori ini, Associated British Foods menempati urutan terbawah.

Jochnick mengatakan secara kolektif 10 perusahaan – termasuk Coca-Cola, Danone, General Mills, Kellogg, Mars, Mondelez dan PepsiCo – memiliki omzet penjualan $ 1 miliar per harinya.

Menurut Jochnick perusahaan-perusahaan itu harus memanfaatkan pengaruh mereka untuk mendesakkan perubahan.

Dalam tanggapan tertulis Associated British Foods, menyatakan perusahaannya telah bekerja keras selama bertahun-tahun, meliputi wilayah yang luas, pada semua tingkatan rantai pasokan untuk menjamin pemasoknya memenuhi standar etika tertinggi.

Tetapi pimpinan Oxfam, Ray Offenheiser, mengatakan tujuan Oxfam bukan sekedar menumpuk kecaman terhadap bisnis-bisnis makanan terbesar di dunia itu. “Apa yang kami lakukan adalah menciptakan persaingan agar mereka berlomba menjadi yang terbaik. Dengan kata lain, mendorong perusahaan untuk melakukan lebih banyak dari apa yang sudah mereka kerjakan,” papar Ray Offenheiser.

Lebih lanjut dikatakan Offenheiser Oxfam berbagi temuannya dengan perusahaan-perusahaan itu sebelum merilis laporan dan akan melanjutkan dialog dengan mereka untuk memperbaharui daftar nilai itu jika mereka berhasil membuat perbaikan yang signifikan.
XS
SM
MD
LG