Tautan-tautan Akses

Keluarga Korban Hilang Erupsi Semeru Berharap Operasi Pencarian Berlanjut


Seniman, salah satu pengungsi erupsi Gunung Semeru, sedang menunjukkan KTP anaknya, Muhammad Hermansyah, yang masih belum ditemukan pasca guguran awan panas Gunung Semeru pada 4 Desember 2021. Foto diambil pada 7 Desember 2021. (Foto: VOA/Indra Yoga)
Seniman, salah satu pengungsi erupsi Gunung Semeru, sedang menunjukkan KTP anaknya, Muhammad Hermansyah, yang masih belum ditemukan pasca guguran awan panas Gunung Semeru pada 4 Desember 2021. Foto diambil pada 7 Desember 2021. (Foto: VOA/Indra Yoga)

“Saya ini gak punya apa-apa, biaya juga gak punya (jika harus melakukan pencarian sendiri.red). Jadi saya bingung, mau ke mana saya ini? (Apakah sudah mendatangi pos pencarian, atau polisi dan BPBD?) Sudah. Dari sana disuruh ke sini, sampai sini disuruh ke kantor polisi,” ujar Seniman, salah seorang pengungsi letusan Gunung Semeru yang setiap hari mendatangi posko pencarian sambil membawa kartu identitas (KTP) anaknya.

Diwawancarai oleh VOA pada Selasa (7/12), Seniman mengatakan anak keduanya, Muhammad Hermansyah, yang berusia 19 tahun, sedang bekerja di tambang pasir Haji Satuhan ketika letusan Gunung Semeru terjadi dan awan panasnya menyelimuti beberapa kecamatan di Lumajang, Jawa Timur.

Hermansyah bersama dua teman seumuran yang bekerja di tambang pasir itu lenyap bagai ditelan bumi. Ia termasuk 13 orang yang hingga Rabu (8/12) masih belum ditemukan.

“Saya ingin cari terus. Apapun kondisinya saya harap ia ditemukan, jadi bisa saya bawa pulang dan buat tahlilan untuk tiga-tiganya,” ujar Seniman dengan mata berkaca-kaca.

Sejumlah tim penyelamat terlihat sedang mengamati wilayah terdampak guguran awan panas yang dikeluarkan oleh Gunung Semeru di sekitar Desa Sumber Wuluh pada 7 Desember 2021. (Foto: VOA/Indra Yoga)
Sejumlah tim penyelamat terlihat sedang mengamati wilayah terdampak guguran awan panas yang dikeluarkan oleh Gunung Semeru di sekitar Desa Sumber Wuluh pada 7 Desember 2021. (Foto: VOA/Indra Yoga)

Seniman adalah salah seorang warga Desa Sumberwuluh, salah satu daerah yang paling parah terdampak awan panas dan material vulkanik akibat letusan Gunung Semeru itu. Setiap hari ia mendatangi pos pengungsi dan pos pencarian, berharap melihat sosok Hermansyah, apapun keadaannya.

Istri Seniman masih shock dan sering pingsan mengingat putranya. Anak ketiganya yang masih duduk di sekolah dasar menemani sang ibu. Sementara anak pertamanya bekerja di luar Lumajang, hingga sekarang belum dapat dihubunginya.

Hingga hari Rabu (8/12), data di Posko Tanggap Darurat Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru mencatat ada 6.022 pengungsi yang tersebar di 115 pos pengungsian, baik di masjid, sekolah atau bangunan lain yang dianggap aman.Tempat-tempat pengungsian ini tidak saja berada di Lumajang, tetapi juga di Blitar dan Malang.

Relawan & Pengungsi Saling Membantu

Banyak bantuan mulai berdatangan, seperti bahan-bahan makanan, pakaian dan obat-obatan. Sekelompok ibu bekerja sama memilih bantuan yang tiba, membaginya berdasarkan jenis bantuan; bahkan memilah berdasarkan kategori umur. Misalnya pakaian untuk perempuan dewasa dan anak-anak, makanan cepat saji seperti beras, ikan sarden kaleng, sosis, mie instan, hingga susu bubuk bayi.

Para pengungsi akibat guguran awan panas Gunung Semeru, sedang memilah barang bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing di tenda pengungsian Desa Sumber Wuluh pada 8 Desember 2021. (Foto: VOA/Indra Yoga)
Para pengungsi akibat guguran awan panas Gunung Semeru, sedang memilah barang bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing di tenda pengungsian Desa Sumber Wuluh pada 8 Desember 2021. (Foto: VOA/Indra Yoga)

“Kami relawan-relawan muda yang masih energik, peduli pada sesama manusia dan tanggap, siaga ketika terjadi bencana,” ujar Muhammad Febrianto, penanggung jawab relawan Pramuka Peduli di Lumajang.

Ia menambahkan bahwa remaja-remaja yang tergabung dalam Pramuka Peduli dibagi dalam kelompok-kelompok yang bekerja di Pos Pendopo, Pos Sumberwuluh dan Pos Candipuro.

“Kami bergerak serentak, mulai dari mendistribusikan hingga membagi barang-barang bantuan yang masuk... Mudah-mudahan Lumajang cepat pulih kembali dan para korban diberi kesehatan, ketabahan dan keikhlasan menghadapi bencana ini,” ujarnya.

Bantuan Untuk Bayi Masih Kurang

Ditemui di pos penyaluran bantuan di alun-alun Lumajang, Lusiyanti yang bekerja di Divisi Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Lumajang, mengatakan jumlah relawan yang bekerja di pos pengungsian kini terbatas karena sebagian besar sumber daya dikerahkan untuk membantu operasi pencarian.

“Kami sempat kewalahan. Karenanya banyak yang bantu dari unsur masyarakat. Tadi pemuda-pemuda juga kesini. Yang menyulitkan itu karena pengungsi ini menyebar di seluruh kabupaten Lumajang,” ujarnya.

Lusiyanti menambahkan meskipun sudah ada bantuan yang masuk, ia masih berharap datangnya bantuan bagi anak-anak dan balita. “Bantuan sii banyak, tapi jika ada bantuan seperti obat-obatan, bubur untuk balita, susu formula, akan sangat membantu.”

Jembatan Perak yang menghubungkan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang terlihat ambruk diterjang guguran awan panas Gunung Semeru yang terjadi pada 4 Desember 2021. Foto diambil pada 7 Desember 2021. (Foto: VOA/Indra Yoga)
Jembatan Perak yang menghubungkan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang terlihat ambruk diterjang guguran awan panas Gunung Semeru yang terjadi pada 4 Desember 2021. Foto diambil pada 7 Desember 2021. (Foto: VOA/Indra Yoga)

Hingga hari Rabu (8/12) diketahui sedikitnya 39 orang meninggal dan 13 orang hilang akibat erupsi Semeru. Data sementara dari BPBD Lumajang juga mencatat 2.970 unit rumah yang hancur dan 3.026 hewan ternak mati, serta 42 sekolah, 17 tempat ibadah, 1 klinik kesehatan dan 1 jembatan rusak.

Operasi Pencarian Dilakukan dengan Hati-Hati

Tim SAR gabungan berencana melanjutkan pencarian hingga hari tanggal 13 atau 14 Desember mendatang, dengan fokus di Kampung Rentang, Desa Sumberwuluh dan Desa Curah Kobokan.

Namun sebagaimana keterangan pers Danrem 083/Baladhika Jaya Kolonel Inf. Irwan Subekti yang menjadi penanggungjawab Posko Tanggap Darurat Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru, operasi pencarian benar-benar tergantung kondisi lapangan karena material vulanik yang masih panas dan kondisi hujan di puncak gunung berpotensi menimbulkan banjir lahar dingin yang berbahaya. [iy/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG