Seiring semakin dekatnya pemilihan presiden AS yang jatuh pada 3 November, banyak pemilih – di negara-negara bagian yang memperbolehkan – menunaikan hak mereka untuk memasukkan surat suara lebih awal, baik dengan datang langsung ke TPS maupun lewat pos. Di negara bagian Virginia, warga diberi kesempatan melakukan pemilihan dini mulai 18 September – dan sejauh ini tampaknya tingkat keikutsertaan pemilu dini telah memecahkan rekor.
Di salah satu tempat pemungutan suara alias TPS yang terletak di Virginia bagian utara, dekat Washington DC, orang-orang berdatangan sejak pagi, meski pemilu masih sebulan lagi. Semakin siang, antrean pun semakin mengular. Mereka mengenakan masker dan saling menjaga jarak sosial. Waktu antrenya kurang lebih 45 menit.
Aron, salah seorang pemilih, ada dalam antrean. “Tampaknya (harus mengantre) setidaknya satu jam, mungkin lebih…/ Dan Anda mau menunggu?/ Tentu saja! Demokrasi Amerika yang jadi taruhannya!,” katanya tegas.
Helen, sesama warga Virginia yang ikut pemilihan dini, mengatakan, “Saya tidak menduga antrean ini, tapi ini sudah bergerak lebih cepat dari perkiraan saya kok… […] Hari ini saya harus berangkat kerja, tapi pemilu ini lebih penting sekarang, maka itu saya akan memilih sekarang.”
Sejauh ini, tingkat keikutsertaan pemilih untuk pilpres mendatang sangatlah tinggi. Direktur Pemilu Kabupaten Fairfax Gary Scott mengaku baru kali itu melihat antrean sepanjang itu dalam pengalaman kerjanya selama 24 tahun.
“Sebagai perbandingan… [Pemilu tahun lalu] kami menerima 137.000 surat suara pemilih dini, baik yang diserahkan langsung maupun lewat pos. Sementara tahun ini kami (bahkan) sudah mengirim lebih banyak lagi surat suara (untuk dicoblos pemilih) daripada tahun lalu… Seperti saya bilang, kami mengirim 170.000 surat suara. Jadi, kami memperkirakan dua pertiga pemilih kami akan mencoblos sebelum hari-H pemilu.”
Para pakar, termasuk Michael McDonald dari University of Florida, mengatakan melalui sambungan Skype, jika dirata-ratakan, sekitar setengah dari total pemilih Amerika akan mencoblos lebih awal. “Saya memperkirakan sekitar 150 juta orang akan memilih dan sekitar setengahnya akan mencoblos sebelum hari-H pemilu, sehingga kami menduga sekitar 75 juta warga mungkin akan melakukan pemilihan awal.”
Meskipun perhatian masyarakat terhadap kontestasi pilpres sangat kuat, menurut pengamat, alasan utama gelobang pemilihan awal ini adalah pandemi virus corona. Orang-orang takut berkerumun saat hari-H pemilu, seperti Laura, warga Virginia.
“Saya khawatir tentang apa yang mungkin terjadi dan memastikan TPS saya akan buka. Seperti yang saya katakan, saya sangat ingin membuat perubahan tahun ini, tahun 2020 jelas sangat membuat frustrasi,” ujarnya.
Akibat pandemi, banyak negara bagian yang menyederhanakan prosedur pelaksanaan pemilihan awal dan melalui pos. Tahun ini, siapapun bisa memilih lewat pos.
Direktur Pemilu Kabupaten Fairfax, Gary Scott, menuturkan, “Pada masa awal saya bekerja, sangat sulit untuk ikut pemilihan awal. Alasan-alasan yang memperbolehkanmu melakukannya sangatlah terbatas. […] Misalnya jika kamu pelajar, anggota militer, sedang bepergian…”
Pemilih yang sudah memilih lebih awal tidak bisa lagi mengubah keputusan mereka, meskipun pemilihan itu dilakukan berminggu-minggu sebelumnya. Akan tetapi, risiko itu tidak menghentikan ribuan orang yang ikut pemilihan awal.
Michael McDonald, pakar dari University of Florida, mengatakan, “Kita hidup di masa yang sangat terpolarisasi di Amerika Serikat, dan banyak orang sudah menentukan pilihan. Saya yakin orang-orang yang bisa saja sudah mencoblos Donald Trump sejak setahun lalu tidak akan menyesali pilihan itu saat ini. Orang-orang sudah menentukan pilihan mereka sejak lama.”
Tentu saja masih cukup banyak warga Amerika yang baru akan memilih tanggal 3 November mendatang, dan merekalah yang akan menjadi sasaran utama proyeksi hasil pilpres. Akan tetapi, baik Partai Republik maupun Partai Demokrat, tidak akan tahu hasil pemilihan awal hingga hari-H pemilu.
Wendy Underhill dari National Conference of State Legislatures mengatakan, “Hasil pemilihan awal belum ditabulasi. Tidak satu pun, bahkan pegawai KPU, akan tahu sebelum hari-H pemilu berapa banyak suara yang diberikan kepada Partai Demokrat ataupun Republik. Suara itu, bisa dibilang, ada di dalam mesin, tapi mereka belum menekan tombol “hitung suara tersebut”.”
Setiap negara bagian berhak menentukan kapan pemilihan awal bisa dimulai. Kebanyakan negara bagian akan membuka TPS sekitar seminggu sebelum hari pemilu, dan diperkirakan para petugas KPU masih akan menghitung suara yang masuk lewat pos dan pemilihan awal berhari-hari setelah hari pemilu 3 November mendatang. [rd/jm]