Tautan-tautan Akses

Biden Ingin Pulihkan Taktik Filibuster Senat AS


Presiden Joe Biden memaparkan pelaksanaan paket stimulus untuk mengatasi dampak COVID-19 di Gedung Putih, Washington, 15 Maret 2021.
Presiden Joe Biden memaparkan pelaksanaan paket stimulus untuk mengatasi dampak COVID-19 di Gedung Putih, Washington, 15 Maret 2021.

Presiden Joe Biden menginginkan Senat AS, lembaga di mana ia pernah menjabat selama 36 tahun, yang mempersulit pemblokiran proses legislatif melalui sebuah taktik yang disebut filibuster.

Seminggu lalu, Biden memenangkan sebuah legislatif besar dan meloloskan paket bantuan COVID-19 senilai $ 1,9 triliun. Hal ini dilakukannya melalui peraturan legislatif yang memungkinkan sebuah rancangan undang-undang (RUU) disetujui dengan mayoritas sederhana, seluruhnya dengan suara dari rekan-rekan Demokrat Biden dan oposisi sepenuhnya dari Partai Republik.

Sementara sebuah mayoritas sederhana selalu mencukupi di DPR, kebanyakan RUU di Senat yang beranggotakan 100 Senator hanya dapat lolos dengan mayoritas super, sebanyak 60 suara. Dengan komposisi Senat yang saat ini terpecah antara 50 Republik dan 50 Demokrat, hal itu mensyaratkan Biden harus meraih dukungan 10 suara dari Republik untuk meloloskan sebuah RUU di masa depan.

Dengan taktik filibuster, Republik bisa memblokir pemungutan suara di Senat, dan Biden akan kesulitan untuk meloloskan berbagai RUU yang menjadi bagian dari agendanya, seperti standar nasional untuk hak memilih, gaji minimum sebesar $15 per jam, dan peraturan pencemaran lingkungan yang lebih ketat.

Akibatnya banyak Demokrat di Senat menyerukan agar filibuster dihilangkan, taktik legislatif yang digunakan oleh anggota kedua partai ketika menjadi minoritas guna mencegah Senat melanjutkan ke tahap pemungutan suara final untuk berbagai proposal legislatif.

Sejak dahulu Biden mengatakan ia menentang penghilangan taktik filibuster itu, strategi yang membedakan DPR dengan Senat di Kongres AS. Akan tetapi pada Selasa (16/3) lalu, dalam sebuah wawancara dengan George Stephanopoulos dari ABC News, Biden menyampaikan bahwa ia sadar kesulitan yang dihadapi jika taktik filibuster dipertahankan di Senat.

Solusinya, menurut Biden, penentang sebuah RUU harus berbicara selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari di ruang sidang Senat. Saat ini, seorang senator cukup menolak prosedur pemungutan suara penuh, sebuah taktik yang tadinya jarang dipakai namun kini sudah menjadi norma yang baru.

“Saya pikir pilihannya,” kata Biden. “Saya pikir kita tidak harus menghilangkan filibuster. Anda harus melakukan seperti dulu ketika saya pertama menjabat di Senat waktu itu… Anda harus berdiri dan menguasai sidangnya, dan Anda harus terus berbicara.

Presiden AS itu menjelaskan, sekarang ini, “demokrasi sangat sulit untuk berfungsi,” dengan seringnya terjadi deklarasi filibuster.

Apakah Senat akan memberlakukan sebuah reformasi merupakan pertanyaan terbuka. Paling sedikit dua dari ke 50 senator Demokrat, Joe Manchin dari West Virginia, dan Kyrsten Sinema dari Arizona menentang penghilangan filibuster, meskipun Manchin mengatakan bersedia melakukan reformasi agar penggunaan taktik filibuster lebih sulit dalam memblokir sebuah RUU. [jm/mg]

XS
SM
MD
LG