Perayaan menyambut Tahun Baru 2005 di berbagai penjuru dunia diwarnai suasana sedih akibat bencana Tsunami di Asia.
Di kota New York, Menteri Luar Negeri Amerika Colin Powell memimpin acara tradisional menghitung mundur untuk menyambut Tahun Baru. Puluhan ribu orang yang berkumpul di Times Square meluangkan waktu satu menit untuk mengheningkan cipta untuk menghormati para korban bencana di Asia.
Banyak perayaan tahun baru di negara-negara lain juga dibatasi. Thailand, Turki dan negara-negara lain membatalkan pertunjukan kembang api dan pesta-pesta musim liburan. Malaysia dan Indonesia melakukan berbagai kegiatan doa.
“Tidak pernah langkah memasuki awal tahun baru terasa lebih berat,” kata Perdana Menteri Swedia Goeran Persson, yang menyarankan rakyatnya untuk menempatkan lilin-lilin menyala di jendela-jendela mereka sebagai ungkapan doa bagi mereka yang tewas akibat bencana Tsunami. Perdana Menteri Persson mengatakan, pesta tradisional tahun baru kali ini sepenuhnya terasa salah.
Warga London berkumpul bersama di tepian Sungai Thames dan di Trafalgar Square untuk melakukan kegiatan berhening selama dua menit sebelum tengah malam, pada saat pesta kembang api mencerahkan langit malam dan lonceng Big Ben berbunyi berulang-ulang.
Di Paris, pohon-pohon sepanjang jalan terkenal Champs-Elysees dilingkari kain hitam.
Presiden Bush telah menyampaikan pesan harapan, kekuatan dan terimaksihnya dalam pidato Hari Tahun Baru kepada rakyat Amerika.
Presiden mengatakan Amerika akan terus maju di tahun 2005 dengan kepercayaan dan keyakinan di masa depan, dan akan bersikukuh dalam perang melawan terorisme.
Ia memuji para anggota militer Amerika atas keberanian mereka, yang katanya telah memberi kebebasan bagi rakyat Irak dan Afghanistan.
Presiden Bush juga berjanji akan terus memerangi penyakit, kelaparan, dan kemiskinan di dalam dan luar negeri. Ia mengatakan. Amerika akan berusaha mendapatkan lebih banyak bantuan bagi para korban Tsunami, dan bersama dunia akan berusaha mengatasi kehancuran yang disebabkan bencana itu.