Tautan-tautan Akses

DAMPAK GLOBAL LEMAHNYA DOLAR - 2004-11-30


Nilai tukar dolar turun tajam selama dua tahun terakhir ini, terutama terhadap mata uang Euro. Ini membawa konsekuensi domestik maupun internasional. Warga Amerika yang bepergian ke luar negeri mengeluh karena nilai dolar terus turun. Liburan di Eropa, misalnya, yang tadinya lumayan murah, sekarang terasa mahal. Di dalam negeri, harga barang-barang impor naik. Para analis mengatakan, penurunan nilai tukar dolar mungkin akan berlanjut dalam waktu dekat ini, karena berbagai faktor, termasuk kebijakan pemerintah Amerika sendiri.

Melemahnya nilai tukar dolar bukan saja menjadi masalah bagi Amerika sendiri. Roger Leeds dari Universitas Johns Hopkins melihat adanya dampak internasional: “Dolar adalah mata uang dominan di dunia, diukur dari beberapa indicator, seperti kenyataan bahwa harga minyak dan beberapa komoditi lain ditetapkan dengan dolar Amerika. Dolar juga menjadi mata uang cadangan internasional, yang berarti bahwa bank sentral sebagian besar negara di dunia menyimpan devisa mereka dalam dolar Amerika.”

Apa yang menentukan nilai tukar dolar dan mata-mata uang lain? Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa yang menentukan nilai suatu mata uang adalah nilai jual dan belinya di pasar valuta, yang mencerminkan permintaan dan persediaan. Brian Dolan dari perusahaan GAIN Capital di New York mengatakan, nilai tukar valuta juga mencerminkan kondisi finansial negara yang bersangkutan: “Analogi yang paling mudah adalah mengibaratkan mata uang sebagai ‘saham’ suatu negara. Sebagaimana harga saham ditentukan oleh kinerja perusahaan, nilai tukar valuta akan naik atau turun bergantung pada prospek ekonomi, prospek politik, dan prospek tingkat suku bunga negara yang bersangkutan.”

Ditinjau dari segi itu, ada sejumlah faktor yang membuat nilai tukar dolar turun. Mulai tahun 2000, Amerika mengalami kelambatan pertumbuhan ekonomi dan penurunan harga saham, sehingga membuat investasi di Amerika tidak lagi menarik seperti pada akhir tahun 1990an. Fakta lain adalah pemerintah Amerika Serikat tahun anggaran 2004 mengalami defisit anggaran sebesar 413 milyar dolar karena Perang Irak, perang melawan terror, dan pengeluaran-pengeluaran besar lain. Perdagangan Amerika tahun juga mengalami defisit 592 milyar dolar.

Para ekonom mengatakan, neraca perdagangan dapat diatasi dengan nilai tukar dolar yang rendah, yang membuat produk Amerika lebih kompetitif di luar negeri. Tetapi Presiden Bush dan Menteri Keuangan John Snow berkeras, mereka mendukung nilai tukar dolar yang kuat. Josh Bivens dari Institut Kebijakan Ekonomi di Washington mengatakan, dolar yang kuat akan menghambat usaha mengurangi defisit perdagangan: “Semua orang menyadari bahwa sekarang ini kita harus mengurangi defisit perdagangan. Tetapi Presiden Bush menghendaki dolar yang kuat. Tidak mungkin kita dapat dua-duanya. Untuk mengatasi defisit perdagangan, kita harus menerima nilai tukar dolar yang rendah.”

Josh Bivens mengatakan, pemerintahan Bush berbicara mengenai dolar yang kuat, terutama untuk menjaga kepercayaan orang luar pada perekonomian Amerika, agar mereka tetap menanam modal di Amerika.

Keprihatinan mengenai defisit perdagangan terfokus pada Cina, yang mengaitkan nilai tukar yuan dengan dolar. John Williamson dari Institut Ekonomi Internasional di Washington mengatakan, ini membuat Cina dapat bertahan sebagai eksportir dominan di dunia: “Kalau nilai dolar turun, yuan ikut turun. Dengan begitu, ekspor Cina lebih kompetitif di negara-negara lain di dunia.”

Cina menolak seruan agar tidak mengaitkan nilai yuan dengan dolar Amerika untuk mempertahankan ekspansi ekonominya. Tetapi sebagian dolar yang diperolehnya digunakan untuk membeli sekuritas Amerika yang digunakan untuk menutup defisit anggaran federal yang sangat besar itu. Yang mencemaskan sebagian analis adalah, investor seperti Cina dapat saja berubah sikap dan tidak mau lagi menunjang hutang Amerika. Kalau itu sampai terjadi, akan timbul krisis yang membuat pemerintah Amerika terpaksa menaikkan suku bunga obligasi cukup tinggi. Para analis itu mengatakan, akibatnya, saham Wall Street dan investasi swasta Amerika lain dapat tertekan, dan memicu resesi ekonomi.

Berapapun nilai tukar dolar, para ekonom dan pedagang valuta sependapat bahwa perubahan dalam nilai dolar atau mata uang lain, harus berlangsung secara tertib dan tidak mendadak, agar tidak menimbulkan shock di pasar, yang dampaknya akan merebak ke seluruh dunia.

(VOA/Djoko Santoso)

XS
SM
MD
LG