Badai tropis Ivan yang melanda Kepulauan Karibia dan Teluk Meksiko, hari Kamis lalu menghantam Negara bagian Alabama, Mississippi dan negara bagian Florida bagian barat.
Ivan adalah badai terkuat yang melanda Amerika dalam lebih dari satu dasawarsa. Badai Ivan telah merusak atau menghancurkan 90 persen rumah rumah di Pulau Grenada, membuat 60 persen penduduknya yang seluruhnya berjumlah 100 ribu orang kehilangan tempat tinggal. Badai Ivan juga menimbulkan kerusakan di Jamaika dan Kuba. Namun, korban jiwa kurang dari seratus.
Warga Amerika terhindar dari bencana besar. Mereka diperingatkan bahwa Badai Ivan akan menghantam New Orleans, kota yang terkenal karena musik jazz dan warisan budaya Prancis, dan dapat menelan 50 ribu korban jiwa. Sebagian besar wilayah New Orleans yang dikelilingi air, terletak di bawah permukaan air laut. Untuk menjaga jangan sampai kota itu tergenang air, digunakan pompa dan tanggul tanggul. Badai Ivan menimbulkan banjir dan kerusakan di New Orleans, tetapi korban jiwa tidak besar.
Berbeda dari biasanya, tahun ini banyak badai tropis di Amerika dan Pasifik barat daya. Biasanya, hanya satu atau dua badai besar yang melanda Amerika. Tahun ini, seorang pakar mengatakan, badai datang beriring iringan seperti bis kota.
Iklim Florida yang hangat dan pantainya yang luas, menarik wisatawan untuk berkunjung, dan kaum manula untuk tinggal di sana. Negara bagian yang diapit Samudera Atlantik dan Teluk Meksiko itu hanya dilanda badai sekali sejak tahun 1964, yaitu badai Andrew pada tahun 1992. Selama sebulan terakhir ini, Florida telah dihantam Badai Charley, Frances dan Ivan berturut turut.
Tahun ini juga banyak badai di Pasifik Utara, terutama di Cina, Hong Kong, Filipina, Korea, Taiwan dan Jepang. Diperkirakan, jumlah badai tropis, yang disertai angin berkecepatan paling tidak 118 kilometer per jam, yang telah terjadi di Pasifik Utara tahun ini mencapai 19, dan diduga akan terus bertambah dan memecahkan rekor tahun 1971, yaitu 24 badai tropis.
Ini menimbulkan pertanyaan. Apakah badai di Atlantik ada hubungannya dengan badai di Pasifik? Mungkin memang ada kaitannya, meskipun penjelasannya sangat rumit. Suhu air laut di kedua samudera tahun ini, satu atau dua derajat lebih tinggi daripada tahun tahun sebelumnya. Perubahan suhu air laut yang kecilpun dapat menimbulkan badai tropis.
Apakah kenaikan suhu air laut ini terkait dengan naiknya suhu bumi? Mungkin. Perdebatan internasional sedang berlangsung dengan sengit mengenai penyebab naiknya suhu air laut. Berbagai alasan dikemukakan sebagai penyebab naiknya suhu air laut. Hampir semua pakar sependapat bahwa kondisi atmosfir dan naiknya suhu air laut menyebabkan meningkatnya badai selama dua dasawarsa yang akan datang.
Badai badai besar ini sangat kuat, dan tertanam dalam ingatan kita. Mendengar namanya saja, kita akan teringat akan kedahsyatannya. Di Amerika orang ingat Badai Isabel tahun 2003, Badai Andrew tahun 1992, Badai Hugo tahun 1989, dan Badai Hazel tahun 1954. Di Asia orang akan teringat akan badai dengan nama seperti Badai Chebi, bahasa Korea yang artinya banteng, Badai Durian, dan Badai Longwang, yang diambil dari nama raja naga dalam mitos Cina.
Sebelum Badai Ivan selesai, sebuah badai tropis lain, bernama Jeanne, meningkat kekuatannya menjadi topan tropis yang bergerak ke arah wilayah pantai Amerika bagian tenggara.
Apa yang ada dalam benak jutaan warga Amerika yang tinggal di wilayah yang akan dilewati Badai Jeanne? Umumnya mereka hanya melihatnya sebagai kemungkinan timbulnya bencana. Sebagian kecil akan berpendapat bahwa badai badai besar menyegarkan lahan yang tadinya kering kerontang, membersihkan sungai sungai dan memulihkan pasir yang membentengi pulau pulau.
Adaptasi oleh Djoko Santoso