Tautan-tautan Akses

WABAH AIDS GELOMBANG KEDUA LANDA ASIA <br> Oleh Leon Howell - 2004-06-29


Dimensi krisis AIDS global hampir tidak dapat dijajaki. Presiden Bush pekan lalu mengingatkan, setiap hari, delapan ribu orang meninggal dunia karena penyakit AIDS. Ini adalah salah satu tragedi paling parah dalam sejarah manusia.

Berbicara di Philadelphia, Pennsylvania, Presiden Bush mengulangi usulnya tahun lalu untuk menyediakan 15 milyar dolar dalam usaha pembasmian virus HIV/AIDS di 15 negara Afrika dan Karibia, dalam lima tahun yang akan datang. Dalam kesempatan itu, ia menambahkan Vietnam, yang menghadapi peningkatan dramatis kasus AIDS, ke dalam daftar negara penerima bantuan.

Angka angka itu luar biasa besar. Di Amerika hanya tercatat 159 kasus AIDS ketika virus itu pertama ditemukan tahun 1981. Tahun lalu, sekitar satu juta orang warga Amerika mengidap virus HIV/AIDS.

Tahun lalu, 40 juta orang di seluruh dunia mengidap HIV/AIDS, tiga juta di antaranya meninggal dunia. Sekitar 14 juta anak anak di seluruh dunia kehilangan orang tua karena AIDS.

Kawasan yang dilanda wabah HIV/AIDS paling parah adalah Afrika, sekitar 75 persen orang yang meninggal dunia karena HIV/AIDS tinggal di Afrika.

Tetapi penyakit maut ini tidak hanya merebak di Afrika. Rusia, India dan Cina menghadapi kemungkinan dilanda yang disebut wabah AIDS gelombang kedua. Seperti beberapa negara lain, ketiga negara ini membuat masalahnya semakin parah karena terlalu lama segan mengakui bahwa mereka menghadapi masalah gawat.

Resminya, pada akhir tahun 2003 di Cina terdapat 840 ribu pengidap HIV, meskipun diperkirakan, jumlah sebenarnya kira kira satu setengah juta orang. PBB khawatir, pada tahun 2010, jumlah pengidap HIV di Cina dapat mencapai lebih dari 10 juta orang.

Dalam kunjungan ke Cina bulan April lalu, sebuah lembaga Amerika yang bergulat dalam bidang ancaman AIDS mendapati meningkatnya kesadaran orang mengenai masalah ini, dan tekad pemerintah Cina untuk mengatasinya. Tetapi tim itu menyimpulkan, tantangan virus AIDS di Cina luar biasa besarnya.

Beberapa negara Asia Tenggara menghadapi masalah AIDS yang terus meningkat, termasuk Indonesia, Malaysia, Kamboja, Filipina dan Thailand.

Thailand dihantam masalah AIDS dengan satu juta orang warganya mengidpa HIV. Tetapi pemerintah Thailand agresif dalam usaha membasmi AIDS dan berhasil menghambat penyebaran virus maut itu. Negara negara tetangganya mengambil pelajaran dari pengalaman Thailand.

Tanggal 12 Juli, Thailand akan menjadi tuan rumah KTT Tujuh Negara untuk membahas tantangan AIDS, pada akhir Konferensi AIDS Internasional yang berlangsung selama enam hari. Brazil, Cina, India, Nigeria, Rusia dan Uganda akan menghadiri KTT itu. KTT itu akan membahas pendidikan untuk mencegah AIDS dan perawatan untuk pengidap virus HIV. Mereka menyerukan agar masyarakat ilmiah sedunia melanjutkan usaha menemukan vaksin pencegah AIDS.

Perawatan AIDS menjadi bahan perdebatan. Kesehatan banyak pengidap HIV/AIDS di Amerika dan Eropa Barat membaik dan hidup mereka diperpanjang berkat obat antiretrovirus. Ini merupakan gabungan tiga atau lebih jenis obat, yang menghambat perkembangan HIV menjadi AIDS.

Tetapi obat ini mahal sekali, dan sebegitu jauh, hanya tersedia untuk pasien di Eropa dan Amerika. Organisasi Kesehatan Sedunia mengusulkan sebuah rencana ambisius untuk mencapai tiga juta orang pengidap HIV di negara negara miskin. Ini perlu dana. Karena itu, tema konferensi AIDS internasional di Bangkok bulan depan bertema “Akses Untuk Semua”.

Ancaman HIV terhadap dunia sangat serius, seperti dikatakan Menteri Luar Negeri Amerika Colin Powell di PBB tiga tahun yang lalu:”Tidak ada musuh yang lebih kejam daripada AIDS. AIDS merupakan ancaman besar bagi seluruh dunia.”

Adaptasi oleh Djoko Santoso

XS
SM
MD
LG